KARAKTERISTIK SISWA
Jumat, 05 Juni 2009
Seandainya saja anda dianggap tidak pernah mengenal tentang proses mendesain instruksi pembelajaran, dan anda mulai mengajar pada pertemuan awal. Anda telah mempersiapkan banyak tugas untuk mengembang unit pertama ini untuk meyakinkan para siswa tentang pentingnya mata pelajaran yang anda ajarkan. Pembelajaran tersebut berisikan tentang materi yang rinci secara statistik dari penelitian terakhir dan keterangan yang kompleks. Saat anda mengajar, sebagian siswa memperhatikan sebagian lagi asyik main teka-teki dan sebagian lainnya mengerjakan sesuatu. Apa yang salah? Mungkin anda tidak mengetahui terlebih dahulu siapa siswa anda. Bagaimana tingkat kesiapan mereka, tingkat motivasinya atau keadaan lainnya yang mempengaruhi kesuksesan dalam belajar.
Salah satu unsur kunci dalam proses mendesain pembelajaran yang telah disebutkan di Bab. I adalah kebutuhan untuk mempertimbangkan siapa siswa yang akan menerima suatu program. Jelasnya, ukuran kesuksesanan perencanaan pembelajaran tergantung pada tingkat pembelajaran yang bisa diselesaikan oleh siswa yang bersangkutan. Setiap orang mempunyai cara belajar yang berbeda dan hal ini berpengaruh pada unsur tertentu dalam penyusunan rencana pembelajaran. Suatu hal yang essensial dalam awal perencanaan, untuk memberikan perhatian pada karakteristik, kemampuan, dan pengalaman dari siswa, baik sebagai kelompok maupun individu.
Informasi Akademik
Kemungkinan hal yang paling mudah diperoleh dan paling sering digunakan sebagai informasi tentang siswa adalah catatan akademik. Catatan ini termasuk :
1. Nilai dan tingkat pelatihan apa yang telah diselesaikan dan mata pelajaran utama yang telah dipelajari.
2. Nilai rata-rata dari pelajaran akademik.
3. Skor tes kemampuan yang standar dalam hal ini intelegensi dan dalam bidang keahlian dasar seperti membaca, menulis dan matematika.
4. Kursus-kursus khusus atau lanjutan yang telah diselesaikan yang berhubungan dengan mata pelajaran utama dari suatu pelatihan.
Jadi, ada hubungan yang dekat antara kumpulan informasi tentang karakteristik siswa dan data yang diperoleh dari tes sebelumnya.
Karakteristik Personal Dan Sosial
Sebagai tambahan dalam informasi akademik, sangat diperlukan untuk mengetahui karakteristik sosial dan pribadi dari siswa dimana program ini direncanakan. Dalam rangka merancang prosedur pembelajaran untuk seseorang, seorang instruktur perlu informasi berikut tentang siswanya, yaitu :
1. Umur dan tingkat kedewasaan .
2. Motivasi dan sikap terhadap pelajaran.
3. Harapan dan aspirasi untuk bekerja (jika tepat/pantas).
4. Pekerjaan sekarang dan sebelum, serta pengalaman kerja (jika ada).
5. Bakat khusus.
6. Ketrampilan yang berhubungan dengan mesin.
Kemampuan bekerja dalam kondisi lingkungan yang bervariasi-suara, diluat ruangan atau outdoor dan lain-lain.
Karakteristik Siswa Yang Non Konvensional
Perbedaan secara sosial dan budaya juga harus diperhatikan karena ini bisa berdampak pada tanggung jawab individu dalam mengerjakan tugas dan kegiatan-kegiatan kreatif lainnya. Sekelompok siswa mungkin saja termasuk anggota-anggota dari kebudayaan etnik dengan latar belakang dan kelakuan yang berbeda. Perhatian khusus juga harus diberikan pada siswa yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda khususnya dalam hal pemilihan materi dalam rangka mendukung tujuan pembelajaran. Untuk membangun kepercayaan diri pada mereka yang berbeda latar belakang budaya dan jenis pendidikan maka perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Memberikan insentif berupa pendekatan pribadi, bantuan dana atau kebebasan melanjutkan studi.
2. Melakukan proyek kerjasama, karena banyak siswa-siswa kelompok minoritas butuh bantuan orang lain dan kelompok untuk berkolaborasi.
3. Menerapkan lebih banyak pada topik-topik rasa daripada verbal.
4. Memberikan lebih banyak contoh sebagai ilustrasi.
5. Memberikan lebih banyak waktu belajar dan mengerjakan tugas dari biasanya terutama untuk praktek.
6. Memberikan kesempatan untuk memonitor pencapaian dan keberhasilan dalam belajar.
Pertimbangan-pertimbangan diatas nampaknya sederhana, namun sangat penting bagi pelajar. Apalagi hal ini sangat penting untuk mempersiapkan pengajaran bagi pelajar. Apalagi hal ini sangat penting untuk mempersiapkan pengajaran bagi pelajar yang punya latar belakang budaya yang berbeda dari pengajar.
Para Siswa Dengan Ketidakmampuan
Siswa yang termasuk kategori "tidak mampu" adalah siswa atau individu dengan ketidakmampuan secara fisik dan lainnya seperti ketidakmampuan dalam pendengaran dan kehilangan penglihatan, ketidaksempurnaan pengucapan dan keterbelakangan mental. Setiap siswa yang tidak mampu ini mempunyai keterbatasan yang unik dan membutuhkan perhatian khusus. Sementara ada juga siswa yang cacat yang bisa bergabung dengan kelas reguler dan beberapa lainnya tidak bisa bergabung. Banyak siswa yang tidak mampu ini membutuhkan pelatihan dan perhatian khusus, oleh karena itu sebuah program pembelajaran mungkin membutuhkan modikasi yang ekslusif supaya bisa melayani siswa-siswa tersebut dengan tepat. Seorang spesialis yang mampu bekerja dengan siswa dengan ketidakmampuan ini juga harus merupakan bagian dari rencana pembelajaran ini.
Siswa Dewasa
Siswa dewasa yang dimaksud disini adalah siswa yang kembali ke kampus atau universitas, terlibat dengan program pendidikan siswa dewasa dan berpartisipasi dalam pelatihan-pelatihan atau pelatihan kembali untuk mendapat ilmu/keahlian baru dalam bidang bisnis, industri, kesehatan, pemerintahan dan militer. Berikut adalah beberapa ciri-ciri mereka :
1. Siswa dewasa memasuki sebuah pelatihan atau program dengan tingkat motivasi yang tinggi untuk belajar. Mereka menghargai suatu program yang disusun secara sistematis dengan tujuan-tujuan yang jelas.
2. Siswa dewasa ingin tahu bagaimana pengajaran yang memberi keuntunagn bagi mereka. Mereka menghargai materi yang relevan dan mereka dengan cepat menangkap penggunaan yang praktis dari materi yang mereka dapat.
3. Waktu bagi mereka sangat penting. Mereka menghargai kelas yang mulai dan berakhir tepat waktu.
4. Orang dewasa menghargai instruktur yang berpengalaman dibidangnya dan menyajikan dengan baik. Siswa akan mudah mengenali instruktur yang kurang persiapan.
5. Siswa dewasa membawa pengalaman kerja mereka kekelas. Pengalaman ini seharusnya bisa menjadi sumber utama dengan membantu sesama dengan menghubungkan materi yang sedang dipelajari.
6. Sebagian besar siswa dewasa mandiri sementara sebagian lain tidak percaya diri atau butuh penguatan, mereka cenderung menganggap instruktur sebagai fasilitator untuk memandu dan membantu daripada sebagai pemimpin yang otoritas.
7. Siswa dewasa ingin terlibat dalam membuat keputusan.
8. Siswa dewasa mungkin kurang fleksibel dibanding siswa yang lebih muda. Kebisaan mereka sudah bersifat rutin, mereka tidak ingin dipermalukan. Sebelum mereka menerima sesuatu yang berbeda, mereka ingin paham dulu keuntungan dari hal tersebut.
9. Siswa dewasa suka bekerja dalam kelompok dan bersosialisasi bersama. Kegiatan kelompok kecil dan atmosfir atau keadaan untuk beriteraksi ditentukan pada saat istirahat.
Gaya Belajar
Beberapa pelajar mempunyai metode tertentu dalam belajar yang lebih efektif dan yang lainnya. Beberapa dari mereka bisa belajar lebih baik dari pendekatan rasa dan yang lainnya bisa merasa lebih baik dengan pendekatan fisik dan mengutak atik objek-objek tertentu. Dengan mengetahui keunikan tiap-tiap individu ini bisa membantu rencana pembelajaran yang efektif. Ada dua informasi yang berhubungan dengan gaya belajar ini yaitu kondisi belajar dan gaya belajar kognitif.
Kondisi Belajar
Banyak faktor lingkungan yang bisa mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berkonsentrasi, menyerap dan menangkap informasi. Contohnya generasi muda bisa belajar sambil mendengarkan musik dengan volume yang tinggi dan dekat radio. Mereka merasa nyaman dengan latar suara yang heboh dan mengabaikannya ketika mereka belajar.
Dunn dan Dunn (1978) sudah merancang sebuah daftar gaya belajar bagi siswa usia sekolah dan instrumen yang kedua untuk pelajar dewasa. Pertanyaan-pertanyaan berikut berisikan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh setiap individu (diterima atau ditolak). Hasilnya sebuah analisis tentang kondisi dimana seseorang lebih suka belajar, evaluasi tentang kecenderungan individu meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Lingkungan fisik langsung, yang berhubungan dengan suara, cahaya, dan tingkat suhu, dan susunan perabotan.
2. Emosional individu yang berhubungan dengan motivasi, tanggung jawab, dan ketetapan dalam menyelesaikan sebuah tugas.
3. Kebutuhan sosiologi individu yang berhubungan dengan mandiri, suka kerja kelompok atau dengan pasangan dan gabungan keduanya (mandiri dan kelompok).
4. Kebutuhan fisik individu yang berhubungan kecenderungan persepsi, kebutuhan mobilitas dan penggunaan waktu sehari-hari.
Berikut ini contoh reaksi/jawaban siswa terhadap pernyataan diatas :
*Saya suka belajar kalau situasinya tenang.
*Saya paling bisa konsentrasi ketika saya merasa tenang.
*Saya sangat suka membentuk sesuatu dengan tangan saya.
*Susah bagi saya untuk duduk disatu tempat untuk waktu yang lama.
*Saya suka belajar dimeja.
*Sesuatu yang paling saya ingat adalah sesuatu yang saya baca.
*Saya dapat menghiraukan suara apapun pada saat belajar.
*Saya suka belajar sendiri.
*Sesuatu yang paling saya ingat adalah sesuatu yang saya dengar.
*Ketika saya mampu, saya akan mengerjakan PR pada sore hari.
Gaya Belajar Kognitif
Ini merupakan sebuah pendekatan untuk mengetahui kecenderungan seseorang dalam belajar. Individu-individu itu dikelompokkan dalam sejumlah skala berdasarkan bagaimana mereka menerima dan memproses informasi. Felder dan Silverman (1988) mengembangkan satu set kategori untuk sebuah analisis :
1. Bagaimana informasi itu diterima dengan baik
*Penglihatan à melalui gambar, diagram, demonstrasi
*Pendengaran à melalui kata-kata dan suara-suara
2. Tipe informasi yang cenderung diterima
*Sensory (external) à melalui penglihatan, suara, sensasi fisik
*Intuitif → melalui pengamatan yang dalam
3. Bagaimana informasi itu disusun
*Induktif → dari fakta-fakta dan observasi ke prinsip
*Deduktif → dari prinsip ke aplikasi dan konsekuensi
4. Bagaimana informasi itu diproses
*Secara aktif → terlibat secara fisik atau diskusi
*Secara reflektif → intropeksi.
5. Bagaimana kemajuan dalam memahami sesuatu
*Secara berurutan ® serentetan langkah yang berurutan
*Secara global/menyeluruh → lompatan besar atau holistik
Setelah mengetahui hal-hal diatas, berikut ini beberapa teknik untuk diterapkan secara umum yang dikemukakan oleh Felder dan Silverman (1988) :
1. Hubungkan informasi yang sedang dipelajari dengan apa yang telah ada sebelumnya dan apa yang akan datang (induktif/global).
2. Sediakan keseimbangan informasi yang konkret yang abstrak (sensori/intuitif).
3. Materi yang menekankan pada metoda penyelesaian masalah (merasakan/aktif) dengan materi yang menekankan pada pemahaman mendasar (intuitif/reflektif).
4. Gunakan gambar, skema dan sketsa sederhana seiring dengan informasi yang bersifat verbal (sensory/aktif).
5. Berikan demonstrasi (merasakan/penglihatan), aktifitas tangan (aktif), dan pelajaran komputer dasar (merasakan/aktif).
6. Gunakan waktu jeda pada presentasi untuk siswa dapat memikirkan tentang hal yang mereka katakan (reflektif).
7. Memberikan latihan yang menyediakan praktek (merasakan/aktif/berurutan).
8. Memberikan permasalahan yang terbuka dan latihan yang meminta analisis dan sintesis (intuitif/reflektif/global)
9. Berikan siswa kesempatan untuk bekerja bersama dan kegiatan grup (aktif).
10. Berikan contoh-contoh yang kongkret tentang bagaimana sebuah teori menggambarkan atau memprediksi kejadian (merasakan/induktif) kemudian mengembangkan teori atau memformulasikan model (intuitif/induktif/berurutan), tunjukkan bagaimana teori dapat disahkan dan menyimpulkan konsekuensisnya (deduktif).
11. Mengenal pemecahan kreatif dari siswa (intuitif/global).
Kesimpulan
Catatan akademik menggambarkan tentang keberadaan dan kualitas sekolah atau pelatihan yang sudah diterima siswa. Petunjuk tentang karakteristik sosial dan personal bisa didapat melalui observasi, interview, dan questioner. Siswa yang non konvensional termasuk ketidakmampuan, perbedaan budaya dan siswa dewasa. Mengetahui gaya belajar masing-masing siswa, perencanaan pembelajaran bisa mengembangkan metode pembelajaran alternatif dan sumber-sumber yang bervariasi.
Daftar Kepustakaan
Kemp. J.E, Morrison, G.R. ,& Ross, S.M. 1994. Designing Effective Instruction. New York: Macmillan College Publishing Company.
KARAKTERISTIK SISWA
Seandainya saja anda dianggap tidak pernah mengenal tentang proses mendesain instruksi pembelajaran, dan anda mulai mengajar pada pertemuan awal. Anda telah mempersiapkan banyak tugas untuk mengembang unit pertama ini untuk meyakinkan para siswa tentang pentingnya mata pelajaran yang anda ajarkan. Pembelajaran tersebut berisikan tentang materi yang rinci secara statistik dari penelitian terakhir dan keterangan yang kompleks. Saat anda mengajar, sebagian siswa memperhatikan sebagian lagi asyik main teka-teki dan sebagian lainnya mengerjakan sesuatu. Apa yang salah? Mungkin anda tidak mengetahui terlebih dahulu siapa siswa anda. Bagaimana tingkat kesiapan mereka, tingkat motivasinya atau keadaan lainnya yang mempengaruhi kesuksesan dalam belajar.
Salah satu unsur kunci dalam proses mendesain pembelajaran yang telah disebutkan di Bab. I adalah kebutuhan untuk mempertimbangkan siapa siswa yang akan menerima suatu program. Jelasnya, ukuran kesuksesanan perencanaan pembelajaran tergantung pada tingkat pembelajaran yang bisa diselesaikan oleh siswa yang bersangkutan. Setiap orang mempunyai cara belajar yang berbeda dan hal ini berpengaruh pada unsur tertentu dalam penyusunan rencana pembelajaran. Suatu hal yang essensial dalam awal perencanaan, untuk memberikan perhatian pada karakteristik, kemampuan, dan pengalaman dari siswa, baik sebagai kelompok maupun individu.
Informasi Akademik
Kemungkinan hal yang paling mudah diperoleh dan paling sering digunakan sebagai informasi tentang siswa adalah catatan akademik. Catatan ini termasuk :
1. Nilai dan tingkat pelatihan apa yang telah diselesaikan dan mata pelajaran utama yang telah dipelajari.
2. Nilai rata-rata dari pelajaran akademik.
3. Skor tes kemampuan yang standar dalam hal ini intelegensi dan dalam bidang keahlian dasar seperti membaca, menulis dan matematika.
4. Kursus-kursus khusus atau lanjutan yang telah diselesaikan yang berhubungan dengan mata pelajaran utama dari suatu pelatihan.
Jadi, ada hubungan yang dekat antara kumpulan informasi tentang karakteristik siswa dan data yang diperoleh dari tes sebelumnya.
Karakteristik Personal Dan Sosial
Sebagai tambahan dalam informasi akademik, sangat diperlukan untuk mengetahui karakteristik sosial dan pribadi dari siswa dimana program ini direncanakan. Dalam rangka merancang prosedur pembelajaran untuk seseorang, seorang instruktur perlu informasi berikut tentang siswanya, yaitu :
1. Umur dan tingkat kedewasaan .
2. Motivasi dan sikap terhadap pelajaran.
3. Harapan dan aspirasi untuk bekerja (jika tepat/pantas).
4. Pekerjaan sekarang dan sebelum, serta pengalaman kerja (jika ada).
5. Bakat khusus.
6. Ketrampilan yang berhubungan dengan mesin.
Kemampuan bekerja dalam kondisi lingkungan yang bervariasi-suara, diluat ruangan atau outdoor dan lain-lain.
Karakteristik Siswa Yang Non Konvensional
Perbedaan secara sosial dan budaya juga harus diperhatikan karena ini bisa berdampak pada tanggung jawab individu dalam mengerjakan tugas dan kegiatan-kegiatan kreatif lainnya. Sekelompok siswa mungkin saja termasuk anggota-anggota dari kebudayaan etnik dengan latar belakang dan kelakuan yang berbeda. Perhatian khusus juga harus diberikan pada siswa yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda khususnya dalam hal pemilihan materi dalam rangka mendukung tujuan pembelajaran. Untuk membangun kepercayaan diri pada mereka yang berbeda latar belakang budaya dan jenis pendidikan maka perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Memberikan insentif berupa pendekatan pribadi, bantuan dana atau kebebasan melanjutkan studi.
2. Melakukan proyek kerjasama, karena banyak siswa-siswa kelompok minoritas butuh bantuan orang lain dan kelompok untuk berkolaborasi.
3. Menerapkan lebih banyak pada topik-topik rasa daripada verbal.
4. Memberikan lebih banyak contoh sebagai ilustrasi.
5. Memberikan lebih banyak waktu belajar dan mengerjakan tugas dari biasanya terutama untuk praktek.
6. Memberikan kesempatan untuk memonitor pencapaian dan keberhasilan dalam belajar.
Pertimbangan-pertimbangan diatas nampaknya sederhana, namun sangat penting bagi pelajar. Apalagi hal ini sangat penting untuk mempersiapkan pengajaran bagi pelajar. Apalagi hal ini sangat penting untuk mempersiapkan pengajaran bagi pelajar yang punya latar belakang budaya yang berbeda dari pengajar.
Para Siswa Dengan Ketidakmampuan
Siswa yang termasuk kategori "tidak mampu" adalah siswa atau individu dengan ketidakmampuan secara fisik dan lainnya seperti ketidakmampuan dalam pendengaran dan kehilangan penglihatan, ketidaksempurnaan pengucapan dan keterbelakangan mental. Setiap siswa yang tidak mampu ini mempunyai keterbatasan yang unik dan membutuhkan perhatian khusus. Sementara ada juga siswa yang cacat yang bisa bergabung dengan kelas reguler dan beberapa lainnya tidak bisa bergabung. Banyak siswa yang tidak mampu ini membutuhkan pelatihan dan perhatian khusus, oleh karena itu sebuah program pembelajaran mungkin membutuhkan modikasi yang ekslusif supaya bisa melayani siswa-siswa tersebut dengan tepat. Seorang spesialis yang mampu bekerja dengan siswa dengan ketidakmampuan ini juga harus merupakan bagian dari rencana pembelajaran ini.
Siswa Dewasa
Siswa dewasa yang dimaksud disini adalah siswa yang kembali ke kampus atau universitas, terlibat dengan program pendidikan siswa dewasa dan berpartisipasi dalam pelatihan-pelatihan atau pelatihan kembali untuk mendapat ilmu/keahlian baru dalam bidang bisnis, industri, kesehatan, pemerintahan dan militer. Berikut adalah beberapa ciri-ciri mereka :
1. Siswa dewasa memasuki sebuah pelatihan atau program dengan tingkat motivasi yang tinggi untuk belajar. Mereka menghargai suatu program yang disusun secara sistematis dengan tujuan-tujuan yang jelas.
2. Siswa dewasa ingin tahu bagaimana pengajaran yang memberi keuntunagn bagi mereka. Mereka menghargai materi yang relevan dan mereka dengan cepat menangkap penggunaan yang praktis dari materi yang mereka dapat.
3. Waktu bagi mereka sangat penting. Mereka menghargai kelas yang mulai dan berakhir tepat waktu.
4. Orang dewasa menghargai instruktur yang berpengalaman dibidangnya dan menyajikan dengan baik. Siswa akan mudah mengenali instruktur yang kurang persiapan.
5. Siswa dewasa membawa pengalaman kerja mereka kekelas. Pengalaman ini seharusnya bisa menjadi sumber utama dengan membantu sesama dengan menghubungkan materi yang sedang dipelajari.
6. Sebagian besar siswa dewasa mandiri sementara sebagian lain tidak percaya diri atau butuh penguatan, mereka cenderung menganggap instruktur sebagai fasilitator untuk memandu dan membantu daripada sebagai pemimpin yang otoritas.
7. Siswa dewasa ingin terlibat dalam membuat keputusan.
8. Siswa dewasa mungkin kurang fleksibel dibanding siswa yang lebih muda. Kebisaan mereka sudah bersifat rutin, mereka tidak ingin dipermalukan. Sebelum mereka menerima sesuatu yang berbeda, mereka ingin paham dulu keuntungan dari hal tersebut.
9. Siswa dewasa suka bekerja dalam kelompok dan bersosialisasi bersama. Kegiatan kelompok kecil dan atmosfir atau keadaan untuk beriteraksi ditentukan pada saat istirahat.
Gaya Belajar
Beberapa pelajar mempunyai metode tertentu dalam belajar yang lebih efektif dan yang lainnya. Beberapa dari mereka bisa belajar lebih baik dari pendekatan rasa dan yang lainnya bisa merasa lebih baik dengan pendekatan fisik dan mengutak atik objek-objek tertentu. Dengan mengetahui keunikan tiap-tiap individu ini bisa membantu rencana pembelajaran yang efektif. Ada dua informasi yang berhubungan dengan gaya belajar ini yaitu kondisi belajar dan gaya belajar kognitif.
Kondisi Belajar
Banyak faktor lingkungan yang bisa mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berkonsentrasi, menyerap dan menangkap informasi. Contohnya generasi muda bisa belajar sambil mendengarkan musik dengan volume yang tinggi dan dekat radio. Mereka merasa nyaman dengan latar suara yang heboh dan mengabaikannya ketika mereka belajar.
Dunn dan Dunn (1978) sudah merancang sebuah daftar gaya belajar bagi siswa usia sekolah dan instrumen yang kedua untuk pelajar dewasa. Pertanyaan-pertanyaan berikut berisikan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh setiap individu (diterima atau ditolak). Hasilnya sebuah analisis tentang kondisi dimana seseorang lebih suka belajar, evaluasi tentang kecenderungan individu meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Lingkungan fisik langsung, yang berhubungan dengan suara, cahaya, dan tingkat suhu, dan susunan perabotan.
2. Emosional individu yang berhubungan dengan motivasi, tanggung jawab, dan ketetapan dalam menyelesaikan sebuah tugas.
3. Kebutuhan sosiologi individu yang berhubungan dengan mandiri, suka kerja kelompok atau dengan pasangan dan gabungan keduanya (mandiri dan kelompok).
4. Kebutuhan fisik individu yang berhubungan kecenderungan persepsi, kebutuhan mobilitas dan penggunaan waktu sehari-hari.
Berikut ini contoh reaksi/jawaban siswa terhadap pernyataan diatas :
*Saya suka belajar kalau situasinya tenang.
*Saya paling bisa konsentrasi ketika saya merasa tenang.
*Saya sangat suka membentuk sesuatu dengan tangan saya.
*Susah bagi saya untuk duduk disatu tempat untuk waktu yang lama.
*Saya suka belajar dimeja.
*Sesuatu yang paling saya ingat adalah sesuatu yang saya baca.
*Saya dapat menghiraukan suara apapun pada saat belajar.
*Saya suka belajar sendiri.
*Sesuatu yang paling saya ingat adalah sesuatu yang saya dengar.
*Ketika saya mampu, saya akan mengerjakan PR pada sore hari.
Gaya Belajar Kognitif
Ini merupakan sebuah pendekatan untuk mengetahui kecenderungan seseorang dalam belajar. Individu-individu itu dikelompokkan dalam sejumlah skala berdasarkan bagaimana mereka menerima dan memproses informasi. Felder dan Silverman (1988) mengembangkan satu set kategori untuk sebuah analisis :
1. Bagaimana informasi itu diterima dengan baik
*Penglihatan à melalui gambar, diagram, demonstrasi
*Pendengaran à melalui kata-kata dan suara-suara
2. Tipe informasi yang cenderung diterima
*Sensory (external) à melalui penglihatan, suara, sensasi fisik
*Intuitif → melalui pengamatan yang dalam
3. Bagaimana informasi itu disusun
*Induktif → dari fakta-fakta dan observasi ke prinsip
*Deduktif → dari prinsip ke aplikasi dan konsekuensi
4. Bagaimana informasi itu diproses
*Secara aktif → terlibat secara fisik atau diskusi
*Secara reflektif → intropeksi.
5. Bagaimana kemajuan dalam memahami sesuatu
*Secara berurutan ® serentetan langkah yang berurutan
*Secara global/menyeluruh → lompatan besar atau holistik
Setelah mengetahui hal-hal diatas, berikut ini beberapa teknik untuk diterapkan secara umum yang dikemukakan oleh Felder dan Silverman (1988) :
1. Hubungkan informasi yang sedang dipelajari dengan apa yang telah ada sebelumnya dan apa yang akan datang (induktif/global).
2. Sediakan keseimbangan informasi yang konkret yang abstrak (sensori/intuitif).
3. Materi yang menekankan pada metoda penyelesaian masalah (merasakan/aktif) dengan materi yang menekankan pada pemahaman mendasar (intuitif/reflektif).
4. Gunakan gambar, skema dan sketsa sederhana seiring dengan informasi yang bersifat verbal (sensory/aktif).
5. Berikan demonstrasi (merasakan/penglihatan), aktifitas tangan (aktif), dan pelajaran komputer dasar (merasakan/aktif).
6. Gunakan waktu jeda pada presentasi untuk siswa dapat memikirkan tentang hal yang mereka katakan (reflektif).
7. Memberikan latihan yang menyediakan praktek (merasakan/aktif/berurutan).
8. Memberikan permasalahan yang terbuka dan latihan yang meminta analisis dan sintesis (intuitif/reflektif/global)
9. Berikan siswa kesempatan untuk bekerja bersama dan kegiatan grup (aktif).
10. Berikan contoh-contoh yang kongkret tentang bagaimana sebuah teori menggambarkan atau memprediksi kejadian (merasakan/induktif) kemudian mengembangkan teori atau memformulasikan model (intuitif/induktif/berurutan), tunjukkan bagaimana teori dapat disahkan dan menyimpulkan konsekuensisnya (deduktif).
11. Mengenal pemecahan kreatif dari siswa (intuitif/global).
Kesimpulan
Catatan akademik menggambarkan tentang keberadaan dan kualitas sekolah atau pelatihan yang sudah diterima siswa. Petunjuk tentang karakteristik sosial dan personal bisa didapat melalui observasi, interview, dan questioner. Siswa yang non konvensional termasuk ketidakmampuan, perbedaan budaya dan siswa dewasa. Mengetahui gaya belajar masing-masing siswa, perencanaan pembelajaran bisa mengembangkan metode pembelajaran alternatif dan sumber-sumber yang bervariasi.
Daftar Kepustakaan
Kemp. J.E, Morrison, G.R. ,& Ross, S.M. 1994. Designing Effective Instruction. New York: Macmillan College Publishing Company.
Salah satu unsur kunci dalam proses mendesain pembelajaran yang telah disebutkan di Bab. I adalah kebutuhan untuk mempertimbangkan siapa siswa yang akan menerima suatu program. Jelasnya, ukuran kesuksesanan perencanaan pembelajaran tergantung pada tingkat pembelajaran yang bisa diselesaikan oleh siswa yang bersangkutan. Setiap orang mempunyai cara belajar yang berbeda dan hal ini berpengaruh pada unsur tertentu dalam penyusunan rencana pembelajaran. Suatu hal yang essensial dalam awal perencanaan, untuk memberikan perhatian pada karakteristik, kemampuan, dan pengalaman dari siswa, baik sebagai kelompok maupun individu.
Informasi Akademik
Kemungkinan hal yang paling mudah diperoleh dan paling sering digunakan sebagai informasi tentang siswa adalah catatan akademik. Catatan ini termasuk :
1. Nilai dan tingkat pelatihan apa yang telah diselesaikan dan mata pelajaran utama yang telah dipelajari.
2. Nilai rata-rata dari pelajaran akademik.
3. Skor tes kemampuan yang standar dalam hal ini intelegensi dan dalam bidang keahlian dasar seperti membaca, menulis dan matematika.
4. Kursus-kursus khusus atau lanjutan yang telah diselesaikan yang berhubungan dengan mata pelajaran utama dari suatu pelatihan.
Jadi, ada hubungan yang dekat antara kumpulan informasi tentang karakteristik siswa dan data yang diperoleh dari tes sebelumnya.
Karakteristik Personal Dan Sosial
Sebagai tambahan dalam informasi akademik, sangat diperlukan untuk mengetahui karakteristik sosial dan pribadi dari siswa dimana program ini direncanakan. Dalam rangka merancang prosedur pembelajaran untuk seseorang, seorang instruktur perlu informasi berikut tentang siswanya, yaitu :
1. Umur dan tingkat kedewasaan .
2. Motivasi dan sikap terhadap pelajaran.
3. Harapan dan aspirasi untuk bekerja (jika tepat/pantas).
4. Pekerjaan sekarang dan sebelum, serta pengalaman kerja (jika ada).
5. Bakat khusus.
6. Ketrampilan yang berhubungan dengan mesin.
Kemampuan bekerja dalam kondisi lingkungan yang bervariasi-suara, diluat ruangan atau outdoor dan lain-lain.
Karakteristik Siswa Yang Non Konvensional
Perbedaan secara sosial dan budaya juga harus diperhatikan karena ini bisa berdampak pada tanggung jawab individu dalam mengerjakan tugas dan kegiatan-kegiatan kreatif lainnya. Sekelompok siswa mungkin saja termasuk anggota-anggota dari kebudayaan etnik dengan latar belakang dan kelakuan yang berbeda. Perhatian khusus juga harus diberikan pada siswa yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda khususnya dalam hal pemilihan materi dalam rangka mendukung tujuan pembelajaran. Untuk membangun kepercayaan diri pada mereka yang berbeda latar belakang budaya dan jenis pendidikan maka perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Memberikan insentif berupa pendekatan pribadi, bantuan dana atau kebebasan melanjutkan studi.
2. Melakukan proyek kerjasama, karena banyak siswa-siswa kelompok minoritas butuh bantuan orang lain dan kelompok untuk berkolaborasi.
3. Menerapkan lebih banyak pada topik-topik rasa daripada verbal.
4. Memberikan lebih banyak contoh sebagai ilustrasi.
5. Memberikan lebih banyak waktu belajar dan mengerjakan tugas dari biasanya terutama untuk praktek.
6. Memberikan kesempatan untuk memonitor pencapaian dan keberhasilan dalam belajar.
Pertimbangan-pertimbangan diatas nampaknya sederhana, namun sangat penting bagi pelajar. Apalagi hal ini sangat penting untuk mempersiapkan pengajaran bagi pelajar. Apalagi hal ini sangat penting untuk mempersiapkan pengajaran bagi pelajar yang punya latar belakang budaya yang berbeda dari pengajar.
Para Siswa Dengan Ketidakmampuan
Siswa yang termasuk kategori "tidak mampu" adalah siswa atau individu dengan ketidakmampuan secara fisik dan lainnya seperti ketidakmampuan dalam pendengaran dan kehilangan penglihatan, ketidaksempurnaan pengucapan dan keterbelakangan mental. Setiap siswa yang tidak mampu ini mempunyai keterbatasan yang unik dan membutuhkan perhatian khusus. Sementara ada juga siswa yang cacat yang bisa bergabung dengan kelas reguler dan beberapa lainnya tidak bisa bergabung. Banyak siswa yang tidak mampu ini membutuhkan pelatihan dan perhatian khusus, oleh karena itu sebuah program pembelajaran mungkin membutuhkan modikasi yang ekslusif supaya bisa melayani siswa-siswa tersebut dengan tepat. Seorang spesialis yang mampu bekerja dengan siswa dengan ketidakmampuan ini juga harus merupakan bagian dari rencana pembelajaran ini.
Siswa Dewasa
Siswa dewasa yang dimaksud disini adalah siswa yang kembali ke kampus atau universitas, terlibat dengan program pendidikan siswa dewasa dan berpartisipasi dalam pelatihan-pelatihan atau pelatihan kembali untuk mendapat ilmu/keahlian baru dalam bidang bisnis, industri, kesehatan, pemerintahan dan militer. Berikut adalah beberapa ciri-ciri mereka :
1. Siswa dewasa memasuki sebuah pelatihan atau program dengan tingkat motivasi yang tinggi untuk belajar. Mereka menghargai suatu program yang disusun secara sistematis dengan tujuan-tujuan yang jelas.
2. Siswa dewasa ingin tahu bagaimana pengajaran yang memberi keuntunagn bagi mereka. Mereka menghargai materi yang relevan dan mereka dengan cepat menangkap penggunaan yang praktis dari materi yang mereka dapat.
3. Waktu bagi mereka sangat penting. Mereka menghargai kelas yang mulai dan berakhir tepat waktu.
4. Orang dewasa menghargai instruktur yang berpengalaman dibidangnya dan menyajikan dengan baik. Siswa akan mudah mengenali instruktur yang kurang persiapan.
5. Siswa dewasa membawa pengalaman kerja mereka kekelas. Pengalaman ini seharusnya bisa menjadi sumber utama dengan membantu sesama dengan menghubungkan materi yang sedang dipelajari.
6. Sebagian besar siswa dewasa mandiri sementara sebagian lain tidak percaya diri atau butuh penguatan, mereka cenderung menganggap instruktur sebagai fasilitator untuk memandu dan membantu daripada sebagai pemimpin yang otoritas.
7. Siswa dewasa ingin terlibat dalam membuat keputusan.
8. Siswa dewasa mungkin kurang fleksibel dibanding siswa yang lebih muda. Kebisaan mereka sudah bersifat rutin, mereka tidak ingin dipermalukan. Sebelum mereka menerima sesuatu yang berbeda, mereka ingin paham dulu keuntungan dari hal tersebut.
9. Siswa dewasa suka bekerja dalam kelompok dan bersosialisasi bersama. Kegiatan kelompok kecil dan atmosfir atau keadaan untuk beriteraksi ditentukan pada saat istirahat.
Gaya Belajar
Beberapa pelajar mempunyai metode tertentu dalam belajar yang lebih efektif dan yang lainnya. Beberapa dari mereka bisa belajar lebih baik dari pendekatan rasa dan yang lainnya bisa merasa lebih baik dengan pendekatan fisik dan mengutak atik objek-objek tertentu. Dengan mengetahui keunikan tiap-tiap individu ini bisa membantu rencana pembelajaran yang efektif. Ada dua informasi yang berhubungan dengan gaya belajar ini yaitu kondisi belajar dan gaya belajar kognitif.
Kondisi Belajar
Banyak faktor lingkungan yang bisa mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berkonsentrasi, menyerap dan menangkap informasi. Contohnya generasi muda bisa belajar sambil mendengarkan musik dengan volume yang tinggi dan dekat radio. Mereka merasa nyaman dengan latar suara yang heboh dan mengabaikannya ketika mereka belajar.
Dunn dan Dunn (1978) sudah merancang sebuah daftar gaya belajar bagi siswa usia sekolah dan instrumen yang kedua untuk pelajar dewasa. Pertanyaan-pertanyaan berikut berisikan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh setiap individu (diterima atau ditolak). Hasilnya sebuah analisis tentang kondisi dimana seseorang lebih suka belajar, evaluasi tentang kecenderungan individu meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Lingkungan fisik langsung, yang berhubungan dengan suara, cahaya, dan tingkat suhu, dan susunan perabotan.
2. Emosional individu yang berhubungan dengan motivasi, tanggung jawab, dan ketetapan dalam menyelesaikan sebuah tugas.
3. Kebutuhan sosiologi individu yang berhubungan dengan mandiri, suka kerja kelompok atau dengan pasangan dan gabungan keduanya (mandiri dan kelompok).
4. Kebutuhan fisik individu yang berhubungan kecenderungan persepsi, kebutuhan mobilitas dan penggunaan waktu sehari-hari.
Berikut ini contoh reaksi/jawaban siswa terhadap pernyataan diatas :
*Saya suka belajar kalau situasinya tenang.
*Saya paling bisa konsentrasi ketika saya merasa tenang.
*Saya sangat suka membentuk sesuatu dengan tangan saya.
*Susah bagi saya untuk duduk disatu tempat untuk waktu yang lama.
*Saya suka belajar dimeja.
*Sesuatu yang paling saya ingat adalah sesuatu yang saya baca.
*Saya dapat menghiraukan suara apapun pada saat belajar.
*Saya suka belajar sendiri.
*Sesuatu yang paling saya ingat adalah sesuatu yang saya dengar.
*Ketika saya mampu, saya akan mengerjakan PR pada sore hari.
Gaya Belajar Kognitif
Ini merupakan sebuah pendekatan untuk mengetahui kecenderungan seseorang dalam belajar. Individu-individu itu dikelompokkan dalam sejumlah skala berdasarkan bagaimana mereka menerima dan memproses informasi. Felder dan Silverman (1988) mengembangkan satu set kategori untuk sebuah analisis :
1. Bagaimana informasi itu diterima dengan baik
*Penglihatan à melalui gambar, diagram, demonstrasi
*Pendengaran à melalui kata-kata dan suara-suara
2. Tipe informasi yang cenderung diterima
*Sensory (external) à melalui penglihatan, suara, sensasi fisik
*Intuitif → melalui pengamatan yang dalam
3. Bagaimana informasi itu disusun
*Induktif → dari fakta-fakta dan observasi ke prinsip
*Deduktif → dari prinsip ke aplikasi dan konsekuensi
4. Bagaimana informasi itu diproses
*Secara aktif → terlibat secara fisik atau diskusi
*Secara reflektif → intropeksi.
5. Bagaimana kemajuan dalam memahami sesuatu
*Secara berurutan ® serentetan langkah yang berurutan
*Secara global/menyeluruh → lompatan besar atau holistik
Setelah mengetahui hal-hal diatas, berikut ini beberapa teknik untuk diterapkan secara umum yang dikemukakan oleh Felder dan Silverman (1988) :
1. Hubungkan informasi yang sedang dipelajari dengan apa yang telah ada sebelumnya dan apa yang akan datang (induktif/global).
2. Sediakan keseimbangan informasi yang konkret yang abstrak (sensori/intuitif).
3. Materi yang menekankan pada metoda penyelesaian masalah (merasakan/aktif) dengan materi yang menekankan pada pemahaman mendasar (intuitif/reflektif).
4. Gunakan gambar, skema dan sketsa sederhana seiring dengan informasi yang bersifat verbal (sensory/aktif).
5. Berikan demonstrasi (merasakan/penglihatan), aktifitas tangan (aktif), dan pelajaran komputer dasar (merasakan/aktif).
6. Gunakan waktu jeda pada presentasi untuk siswa dapat memikirkan tentang hal yang mereka katakan (reflektif).
7. Memberikan latihan yang menyediakan praktek (merasakan/aktif/berurutan).
8. Memberikan permasalahan yang terbuka dan latihan yang meminta analisis dan sintesis (intuitif/reflektif/global)
9. Berikan siswa kesempatan untuk bekerja bersama dan kegiatan grup (aktif).
10. Berikan contoh-contoh yang kongkret tentang bagaimana sebuah teori menggambarkan atau memprediksi kejadian (merasakan/induktif) kemudian mengembangkan teori atau memformulasikan model (intuitif/induktif/berurutan), tunjukkan bagaimana teori dapat disahkan dan menyimpulkan konsekuensisnya (deduktif).
11. Mengenal pemecahan kreatif dari siswa (intuitif/global).
Kesimpulan
Catatan akademik menggambarkan tentang keberadaan dan kualitas sekolah atau pelatihan yang sudah diterima siswa. Petunjuk tentang karakteristik sosial dan personal bisa didapat melalui observasi, interview, dan questioner. Siswa yang non konvensional termasuk ketidakmampuan, perbedaan budaya dan siswa dewasa. Mengetahui gaya belajar masing-masing siswa, perencanaan pembelajaran bisa mengembangkan metode pembelajaran alternatif dan sumber-sumber yang bervariasi.
Daftar Kepustakaan
Kemp. J.E, Morrison, G.R. ,& Ross, S.M. 1994. Designing Effective Instruction. New York: Macmillan College Publishing Company.
KARAKTERISTIK SISWA
Seandainya saja anda dianggap tidak pernah mengenal tentang proses mendesain instruksi pembelajaran, dan anda mulai mengajar pada pertemuan awal. Anda telah mempersiapkan banyak tugas untuk mengembang unit pertama ini untuk meyakinkan para siswa tentang pentingnya mata pelajaran yang anda ajarkan. Pembelajaran tersebut berisikan tentang materi yang rinci secara statistik dari penelitian terakhir dan keterangan yang kompleks. Saat anda mengajar, sebagian siswa memperhatikan sebagian lagi asyik main teka-teki dan sebagian lainnya mengerjakan sesuatu. Apa yang salah? Mungkin anda tidak mengetahui terlebih dahulu siapa siswa anda. Bagaimana tingkat kesiapan mereka, tingkat motivasinya atau keadaan lainnya yang mempengaruhi kesuksesan dalam belajar.
Salah satu unsur kunci dalam proses mendesain pembelajaran yang telah disebutkan di Bab. I adalah kebutuhan untuk mempertimbangkan siapa siswa yang akan menerima suatu program. Jelasnya, ukuran kesuksesanan perencanaan pembelajaran tergantung pada tingkat pembelajaran yang bisa diselesaikan oleh siswa yang bersangkutan. Setiap orang mempunyai cara belajar yang berbeda dan hal ini berpengaruh pada unsur tertentu dalam penyusunan rencana pembelajaran. Suatu hal yang essensial dalam awal perencanaan, untuk memberikan perhatian pada karakteristik, kemampuan, dan pengalaman dari siswa, baik sebagai kelompok maupun individu.
Informasi Akademik
Kemungkinan hal yang paling mudah diperoleh dan paling sering digunakan sebagai informasi tentang siswa adalah catatan akademik. Catatan ini termasuk :
1. Nilai dan tingkat pelatihan apa yang telah diselesaikan dan mata pelajaran utama yang telah dipelajari.
2. Nilai rata-rata dari pelajaran akademik.
3. Skor tes kemampuan yang standar dalam hal ini intelegensi dan dalam bidang keahlian dasar seperti membaca, menulis dan matematika.
4. Kursus-kursus khusus atau lanjutan yang telah diselesaikan yang berhubungan dengan mata pelajaran utama dari suatu pelatihan.
Jadi, ada hubungan yang dekat antara kumpulan informasi tentang karakteristik siswa dan data yang diperoleh dari tes sebelumnya.
Karakteristik Personal Dan Sosial
Sebagai tambahan dalam informasi akademik, sangat diperlukan untuk mengetahui karakteristik sosial dan pribadi dari siswa dimana program ini direncanakan. Dalam rangka merancang prosedur pembelajaran untuk seseorang, seorang instruktur perlu informasi berikut tentang siswanya, yaitu :
1. Umur dan tingkat kedewasaan .
2. Motivasi dan sikap terhadap pelajaran.
3. Harapan dan aspirasi untuk bekerja (jika tepat/pantas).
4. Pekerjaan sekarang dan sebelum, serta pengalaman kerja (jika ada).
5. Bakat khusus.
6. Ketrampilan yang berhubungan dengan mesin.
Kemampuan bekerja dalam kondisi lingkungan yang bervariasi-suara, diluat ruangan atau outdoor dan lain-lain.
Karakteristik Siswa Yang Non Konvensional
Perbedaan secara sosial dan budaya juga harus diperhatikan karena ini bisa berdampak pada tanggung jawab individu dalam mengerjakan tugas dan kegiatan-kegiatan kreatif lainnya. Sekelompok siswa mungkin saja termasuk anggota-anggota dari kebudayaan etnik dengan latar belakang dan kelakuan yang berbeda. Perhatian khusus juga harus diberikan pada siswa yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda khususnya dalam hal pemilihan materi dalam rangka mendukung tujuan pembelajaran. Untuk membangun kepercayaan diri pada mereka yang berbeda latar belakang budaya dan jenis pendidikan maka perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Memberikan insentif berupa pendekatan pribadi, bantuan dana atau kebebasan melanjutkan studi.
2. Melakukan proyek kerjasama, karena banyak siswa-siswa kelompok minoritas butuh bantuan orang lain dan kelompok untuk berkolaborasi.
3. Menerapkan lebih banyak pada topik-topik rasa daripada verbal.
4. Memberikan lebih banyak contoh sebagai ilustrasi.
5. Memberikan lebih banyak waktu belajar dan mengerjakan tugas dari biasanya terutama untuk praktek.
6. Memberikan kesempatan untuk memonitor pencapaian dan keberhasilan dalam belajar.
Pertimbangan-pertimbangan diatas nampaknya sederhana, namun sangat penting bagi pelajar. Apalagi hal ini sangat penting untuk mempersiapkan pengajaran bagi pelajar. Apalagi hal ini sangat penting untuk mempersiapkan pengajaran bagi pelajar yang punya latar belakang budaya yang berbeda dari pengajar.
Para Siswa Dengan Ketidakmampuan
Siswa yang termasuk kategori "tidak mampu" adalah siswa atau individu dengan ketidakmampuan secara fisik dan lainnya seperti ketidakmampuan dalam pendengaran dan kehilangan penglihatan, ketidaksempurnaan pengucapan dan keterbelakangan mental. Setiap siswa yang tidak mampu ini mempunyai keterbatasan yang unik dan membutuhkan perhatian khusus. Sementara ada juga siswa yang cacat yang bisa bergabung dengan kelas reguler dan beberapa lainnya tidak bisa bergabung. Banyak siswa yang tidak mampu ini membutuhkan pelatihan dan perhatian khusus, oleh karena itu sebuah program pembelajaran mungkin membutuhkan modikasi yang ekslusif supaya bisa melayani siswa-siswa tersebut dengan tepat. Seorang spesialis yang mampu bekerja dengan siswa dengan ketidakmampuan ini juga harus merupakan bagian dari rencana pembelajaran ini.
Siswa Dewasa
Siswa dewasa yang dimaksud disini adalah siswa yang kembali ke kampus atau universitas, terlibat dengan program pendidikan siswa dewasa dan berpartisipasi dalam pelatihan-pelatihan atau pelatihan kembali untuk mendapat ilmu/keahlian baru dalam bidang bisnis, industri, kesehatan, pemerintahan dan militer. Berikut adalah beberapa ciri-ciri mereka :
1. Siswa dewasa memasuki sebuah pelatihan atau program dengan tingkat motivasi yang tinggi untuk belajar. Mereka menghargai suatu program yang disusun secara sistematis dengan tujuan-tujuan yang jelas.
2. Siswa dewasa ingin tahu bagaimana pengajaran yang memberi keuntunagn bagi mereka. Mereka menghargai materi yang relevan dan mereka dengan cepat menangkap penggunaan yang praktis dari materi yang mereka dapat.
3. Waktu bagi mereka sangat penting. Mereka menghargai kelas yang mulai dan berakhir tepat waktu.
4. Orang dewasa menghargai instruktur yang berpengalaman dibidangnya dan menyajikan dengan baik. Siswa akan mudah mengenali instruktur yang kurang persiapan.
5. Siswa dewasa membawa pengalaman kerja mereka kekelas. Pengalaman ini seharusnya bisa menjadi sumber utama dengan membantu sesama dengan menghubungkan materi yang sedang dipelajari.
6. Sebagian besar siswa dewasa mandiri sementara sebagian lain tidak percaya diri atau butuh penguatan, mereka cenderung menganggap instruktur sebagai fasilitator untuk memandu dan membantu daripada sebagai pemimpin yang otoritas.
7. Siswa dewasa ingin terlibat dalam membuat keputusan.
8. Siswa dewasa mungkin kurang fleksibel dibanding siswa yang lebih muda. Kebisaan mereka sudah bersifat rutin, mereka tidak ingin dipermalukan. Sebelum mereka menerima sesuatu yang berbeda, mereka ingin paham dulu keuntungan dari hal tersebut.
9. Siswa dewasa suka bekerja dalam kelompok dan bersosialisasi bersama. Kegiatan kelompok kecil dan atmosfir atau keadaan untuk beriteraksi ditentukan pada saat istirahat.
Gaya Belajar
Beberapa pelajar mempunyai metode tertentu dalam belajar yang lebih efektif dan yang lainnya. Beberapa dari mereka bisa belajar lebih baik dari pendekatan rasa dan yang lainnya bisa merasa lebih baik dengan pendekatan fisik dan mengutak atik objek-objek tertentu. Dengan mengetahui keunikan tiap-tiap individu ini bisa membantu rencana pembelajaran yang efektif. Ada dua informasi yang berhubungan dengan gaya belajar ini yaitu kondisi belajar dan gaya belajar kognitif.
Kondisi Belajar
Banyak faktor lingkungan yang bisa mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berkonsentrasi, menyerap dan menangkap informasi. Contohnya generasi muda bisa belajar sambil mendengarkan musik dengan volume yang tinggi dan dekat radio. Mereka merasa nyaman dengan latar suara yang heboh dan mengabaikannya ketika mereka belajar.
Dunn dan Dunn (1978) sudah merancang sebuah daftar gaya belajar bagi siswa usia sekolah dan instrumen yang kedua untuk pelajar dewasa. Pertanyaan-pertanyaan berikut berisikan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh setiap individu (diterima atau ditolak). Hasilnya sebuah analisis tentang kondisi dimana seseorang lebih suka belajar, evaluasi tentang kecenderungan individu meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Lingkungan fisik langsung, yang berhubungan dengan suara, cahaya, dan tingkat suhu, dan susunan perabotan.
2. Emosional individu yang berhubungan dengan motivasi, tanggung jawab, dan ketetapan dalam menyelesaikan sebuah tugas.
3. Kebutuhan sosiologi individu yang berhubungan dengan mandiri, suka kerja kelompok atau dengan pasangan dan gabungan keduanya (mandiri dan kelompok).
4. Kebutuhan fisik individu yang berhubungan kecenderungan persepsi, kebutuhan mobilitas dan penggunaan waktu sehari-hari.
Berikut ini contoh reaksi/jawaban siswa terhadap pernyataan diatas :
*Saya suka belajar kalau situasinya tenang.
*Saya paling bisa konsentrasi ketika saya merasa tenang.
*Saya sangat suka membentuk sesuatu dengan tangan saya.
*Susah bagi saya untuk duduk disatu tempat untuk waktu yang lama.
*Saya suka belajar dimeja.
*Sesuatu yang paling saya ingat adalah sesuatu yang saya baca.
*Saya dapat menghiraukan suara apapun pada saat belajar.
*Saya suka belajar sendiri.
*Sesuatu yang paling saya ingat adalah sesuatu yang saya dengar.
*Ketika saya mampu, saya akan mengerjakan PR pada sore hari.
Gaya Belajar Kognitif
Ini merupakan sebuah pendekatan untuk mengetahui kecenderungan seseorang dalam belajar. Individu-individu itu dikelompokkan dalam sejumlah skala berdasarkan bagaimana mereka menerima dan memproses informasi. Felder dan Silverman (1988) mengembangkan satu set kategori untuk sebuah analisis :
1. Bagaimana informasi itu diterima dengan baik
*Penglihatan à melalui gambar, diagram, demonstrasi
*Pendengaran à melalui kata-kata dan suara-suara
2. Tipe informasi yang cenderung diterima
*Sensory (external) à melalui penglihatan, suara, sensasi fisik
*Intuitif → melalui pengamatan yang dalam
3. Bagaimana informasi itu disusun
*Induktif → dari fakta-fakta dan observasi ke prinsip
*Deduktif → dari prinsip ke aplikasi dan konsekuensi
4. Bagaimana informasi itu diproses
*Secara aktif → terlibat secara fisik atau diskusi
*Secara reflektif → intropeksi.
5. Bagaimana kemajuan dalam memahami sesuatu
*Secara berurutan ® serentetan langkah yang berurutan
*Secara global/menyeluruh → lompatan besar atau holistik
Setelah mengetahui hal-hal diatas, berikut ini beberapa teknik untuk diterapkan secara umum yang dikemukakan oleh Felder dan Silverman (1988) :
1. Hubungkan informasi yang sedang dipelajari dengan apa yang telah ada sebelumnya dan apa yang akan datang (induktif/global).
2. Sediakan keseimbangan informasi yang konkret yang abstrak (sensori/intuitif).
3. Materi yang menekankan pada metoda penyelesaian masalah (merasakan/aktif) dengan materi yang menekankan pada pemahaman mendasar (intuitif/reflektif).
4. Gunakan gambar, skema dan sketsa sederhana seiring dengan informasi yang bersifat verbal (sensory/aktif).
5. Berikan demonstrasi (merasakan/penglihatan), aktifitas tangan (aktif), dan pelajaran komputer dasar (merasakan/aktif).
6. Gunakan waktu jeda pada presentasi untuk siswa dapat memikirkan tentang hal yang mereka katakan (reflektif).
7. Memberikan latihan yang menyediakan praktek (merasakan/aktif/berurutan).
8. Memberikan permasalahan yang terbuka dan latihan yang meminta analisis dan sintesis (intuitif/reflektif/global)
9. Berikan siswa kesempatan untuk bekerja bersama dan kegiatan grup (aktif).
10. Berikan contoh-contoh yang kongkret tentang bagaimana sebuah teori menggambarkan atau memprediksi kejadian (merasakan/induktif) kemudian mengembangkan teori atau memformulasikan model (intuitif/induktif/berurutan), tunjukkan bagaimana teori dapat disahkan dan menyimpulkan konsekuensisnya (deduktif).
11. Mengenal pemecahan kreatif dari siswa (intuitif/global).
Kesimpulan
Catatan akademik menggambarkan tentang keberadaan dan kualitas sekolah atau pelatihan yang sudah diterima siswa. Petunjuk tentang karakteristik sosial dan personal bisa didapat melalui observasi, interview, dan questioner. Siswa yang non konvensional termasuk ketidakmampuan, perbedaan budaya dan siswa dewasa. Mengetahui gaya belajar masing-masing siswa, perencanaan pembelajaran bisa mengembangkan metode pembelajaran alternatif dan sumber-sumber yang bervariasi.
Daftar Kepustakaan
Kemp. J.E, Morrison, G.R. ,& Ross, S.M. 1994. Designing Effective Instruction. New York: Macmillan College Publishing Company.
0 komentar: to “ KARAKTERISTIK SISWA ”
Posting Komentar