Waktu

PERATURAN BARIS BARIS (P.B.B)  

Senin, 08 Juni 2009

( Bag. I )
Peraturan Baris Berbaris yang digunakan di lingkungan Pramuka ada dua macam yakni Baris berbaris menggunakan tongkat dan tanpa tongkat. Untuk baris berbaris menggunakan tongkat memiliki tata cara tersendiri di lingkungan Pramuka. Adapun baris berbaris tanpa menggunakan tongkat mengikuti tata cara yang telah diatur dalam Peraturan Baris Berbaris milik TNI/POLRI .
Apa itu Baris Baerbaris ?
1. Baris Berbaris
a. Pengertian
Baris berbaris adalah suatu ujud latuhan fisik, yang diperlukan guna menanamkan kebiasaan dalam tata cara kehidupan yang diarahkan kepada terbentuknya suatu perwatakan tertentu.
b. Maksud dan tujuan
1) Guna menumbuhkan sikap jasmani yang tegap tangkas, rasa disiplin dan rasa tanggung jawab.
2) Yang dimaksud dengan menumbuhkan sikap jasmani yang tegap tangkas adalah mengarahkan pertumbuhan tubuh yang diperlukan oleh tugas pokok, sehingga secara jasmani dapat menjalankan tugas pokok tersebut dengan sempurna.
3) Yang dimaksud rasa persatuan adalah adanya rasa senasib sepenanggungan serta ikatan yang sangat diperlukan dalam menjalankan tugas.
4) Yang dimaksud rasa disiplin adalah mengutamakan kepentingan tugas di atas kepentingan pribadi yang pada hakikatnya tidak lain daripada keikhlasan penyisihan pilihan hati sendiri.
5) Yang dimaksud rasa tanggung jawab adalah keberanian untuk bertindak yang mengandung resiko terhadap dirinya, tetapi menguntungkan tugas atau sebaliknya tidak mudah melakukan tindakan-tindakan yang akan dapat merugikan.
1. Aba-aba
a. Pengertian
Aba-aba adalah suatu perintah yang diberikan oleh seseorang Pemimpin kepada yang dipimpin untuk dilaksanakannya pada waktunya secara serentak atau berturut-turut.
b. Macam aba-aba
Ada tiga macam aba-aba yaitu :
1) Aba-aba petunjuk
2) Aba-aba peringatan
3) Aba-aba pelaksanaan
1. Aba-aba petunjuk dipergunakan hanya jika perlu untuk menegaskan maksud daripada aba-aba peringatan/pelaksanaan.
Contoh:
a) Kepada Pemimpin Upacara-Hormat – GERAK
b) Untuk amanat-istirahat di tempat – GERAK
2. Aba-aba peringatan adalah inti perintah yang cukup jelas, untuk dapat dilaksanakan tanpa ragu-ragu.
Contoh:
a) Lencang kanan – GERAK
(bukan lancang kanan)
b) Istirahat di tempat – GERAK (bukan ditempat istirahat)
3. Aba-aba pelaksanaan adalah ketegasan mengenai saat untuk melaksanakan aba-aba pelaksanan yang dipakai ialah:
a) GERAK
b) JALAN
c) MULAI
a. GERAK: adalah untuk gerakan-gerakan kaki yang dilakukan tanpa meninggalkan tempat dan gerakan-gerakan yang memakai anggota tubuh lain.
Contoh:
-jalan ditempat -GERAK
-siap -GERAK
-hadap kanan -GERAK
-lencang kanan -GERAK
b. JALAN: adalah utuk gerakan-gerakan kaki yang dilakukan dengan meninggalkan tempat.
Contoh:
-haluan kanan/kiri - JALAN
-dua langkah ke depan -JALAN
-satu langkah ke belakang - JALAN
Catatan:
Apabila gerakan meninggalkan tempat itu tidak dibatasi jaraknya, maka aba-aba harus didahului dengan aba-aba peringatan –MAJU
Contoh:
-maju - JALAN
-haluan kanan/kiri - JALAN
-hadap kanan/kiri maju - JALAN
-melintang kanan/kiri maju -J ALAN
Tentang istilah: “maju”
• Pada dasarnya digunakan sebagai aba-aba peringatan terhadap pasukan dalam keadaan berhenti.
• Pasukan yang sedang bergerak maju, bilamana harus berhenti dapat diberikan aba-aba HENTI.
Misalnya:
• Ada aba-aba hadap kanan/kiri maju – JALAN karena dapat pula diberikan aba-aba : hadap kanan/kiri henti GERAK.
• Ada aba-aba hadap kanan/kiri maju-JALAN karena dapat pula diberikan aba-aba : hadap kanan/kiri henti GERAK.
• Balik kana maju/JALAN, karena dapat pula diberikan aba-aba : balik kana henti-GERAK.
Tidak dapat diberikan aba-aba langkah tegap maju JALAN, aba-aba belok kanan/kiri maju-JALAN terhadap pasukan yang sedang berjalan dengan langkah biasa, karena tidak dapat diberikan aba-aba langkah henti-GERAK, belok kanan/kiri-GERAK.
Tentang aba-aba : “henti”
Pada dasarnya aba-aba peringatan henti digunakan untuk menghentikan pasukan yang sedang bergerak, namun tidak selamanya aba-aba peringatan henti ini harus diucapkan.
Contoh:
Empat langkah ke depan –JALAN, bukan barisan – jalan. Setelah selesai pelaksanaan dari maksud aba-aba peringatan, pasukan wajib berhenti tanpa aba-aba berhenti.
c. MULAI : adalah untuk dipakai pada pelaksanaan perintah yang harus dikerjakan berturut-turut.
Contoh:
-hitung -MULAI
-tiga bersaf kumpul -MULAI
4. Cara memberi aba-aba
a) Waktu memberi aba-aba, pemberi aba-aba harus berdiri dalam sikap sempurna dan menghadap pasukan, terkecuali dalam keadaan yang tidak mengijinkan untuk melakukan itu.
b) Apabila aba-aba itu berlaku juga untuk si pemberi aba-aba, maka pemberi aba-aba terikat pada tempat yang telah ditentukan untuknya dan tidak menghadap pasukan.
Contoh: Kepada Pembina Upacara – hormat – GERAK
Pelaksanaanya :
• Pada waktu memberikan aba-aba mengahdap ke arah yang diberi hormat sambil melakukan gerakan penghormatan bersama-sama dengan pasukan.
• Setelah penghormatan selesai dijawab/dibalas oleh yang menerima penghormatan, maka dalm keadaan sikap sedang memberi hormat si pemberi aba-aba memberikan aba-aba tegak : GERAK dan kembali ke sikap sempurna.
c) Pada taraf permulaan aba-aba yang ditunjukan kepada pasukan yang sedang berjalan/berlari, aba-aba pelaksanaan gerakannya ditambah 1 (satu) langkah pada waktu berjala, pada waktu berlari ditambah 3 (tiga) langkah.
• Pada taraf lanjutan, aba-aba pelaksanaan dijatuhkan pada kaki kanan ditambah 2 (dua) langkah untuk berjalan / 4 (empat) langkah untuk berlari.
d) Aba-aba diucapkan dengan suara nyaring-tegas dan bersemangat.
e) Aba-aba petunjuk dan peringatan pada waktu pengucapan hendaknya diberi antara.
f) Aba-aba pelaksanaan pada waktu pengucapan hendaknya dihentakkan.
g) Antara aba-aba peringatan dan pelaksanaan hendaknya diperpanjang disesuaikan dengan besar kecilnya pasukan.
h) Bila pada suatu bagian aba-aba diperlukan pembetulan maka dilakukan perintah ULANG !
Contoh: Lencang kanan = Ulangi – siap GERAK
Baris Berbaris (Bag.II)

PERATURAN BARIS BARIS (P.B.B)
( Bag. II )
Peraturan Baris Berbaris yang digunakan di lingkungan Pramuka ada dua macam yakni Baris berbaris menggunakan tongkat dan tanpa tongkat. Untuk baris berbaris menggunakan tongkat memiliki tata cara tersendiri di lingkungan Pramuka. Adapun baris berbaris tanpa menggunakan tongkat mengikuti tata cara yang telah diatur dalam Peraturan Baris Berbaris milik TNI/POLRI .
1. Gerakan Perorangan – Gerakan Dasar
a. Sikap sempurna
Aba-aba : Siap – GERAK. Pelaksanaanya : pada aba-aba pelaksanaan badan/tubuh berdiri tegap, ke dua tumit rapat, ke dua telapak kaki membentuk sudut 60…, lutut lurus paha dirapatkan, berat badan di atas ke dua kaki, perut ditarik sedikit, dada dibusungkan, pundak ditarik sedikit ke belakang dan tidak dinaikkan, lengan rapat pada badan, pergelangan tangan lurus, jari-jari tangan menggenggam tidak terpaksa rapat pada paha, ibu jari segaris dengan jahitan celana, leher lurus, dagu ditarik, mulut ditutup, gigi dirapatkan, mata memandang tajam ke depan, benafas sewajarnya.
b. Istirahat
Aba-aba istirahat ditempat – GERAK
1) Pada aba-aba pelaksanaan, kaki kiri dipindahkan ke samping kiri dengan jarak sepanjang telapak kaki (30cm)
2) Ke dua belah tangan dibawa ke belakang dan dibawah pinggang, punggung tangan kanan di atas telapak tangan kiri, tangan kanan dikepalkan dengan dilemaskan, tangan kiri memegang pergelangan tangan kanan di antara ibu jari dan telunjuk, ke dua tangan dilemaskan, badan dapat bergerak.
Catatan:
a) Pasukan dalam keadaan istirahat di tempat, pemimpin atau atasan lainnya datang untuk memberikan perhatian atau petunjuk-petunjuk, maka atas ucapan pemimpin/atasan dengan menggunakan kata Perhatian pasukan segera mengambil sikap sempurna tanpa mengucapkan kata siap, kemudian mengambil sikap istirahat.
b) Pada kata perhatian, selesai atau sekian, pasukan mengambil sikap sempurna tanpa didahului aba-aba kemudian kembali ke sikap istirahat di tempat.
c) Maksud dari sikap siap terakhir ini adalah sebagai jawaban tanpa suara, bahwa petunjuk-petunjuk yang diberikan akan dijalankan
c. Lencang kanan/kiri : (hanya dalam bentuk bersaf)
Aba-aba : Lencang kanan/kiri – GERAK
Pelaksanaannya:
Gerakan ini dijalankan dalam sikap sempurna.
1) Pada aba-aba pelaksanaan, saf depan mengangkat lengan kanan/kiri ke samping, jari-jari kanan/kiri menggenggam menyentuh bahu kanan/kiri orang yang berada di sebelah kana/kirinya, punggung tangan menghadap ke atas, bersamaan dengan ini kepala dipalingkan ke kanan/kiri tidak berubah tempat masing-masing meluruskan diri
2) Saf tengah dan saf belakang kecuali penjuru, setelah meluruskan ke depan dengan pandangan mata, ikut pula memalingkan muka ke samping dengan tidak mengangkat tangan.
3) Penjuru saf tengan dan belakang mengambil antar ke depan 1 (satu) lengan kanan/kiri ditambah 2 (dua) kepalan tangan dan setelah lurus menurunkan tangan kanan/kiri tanpa menunggu aba-aba.
4) Pada aba-aba tegak-GERAK semua dengan serentak menurunkan lengan dan memalingkan muka ke depan dan berdiri dalam sikap sempurna.
5) Pada waktu pemimpin pasukan memberikan aba-aba lencang kanan/kiri dan barisan sedang meluruskan safnya, Pemimpin pasukan yang berada dalam barisan itu memberikan kelurusan saf dari sebelah kanan/kiri pasukan dengan menitikberatkan pada kelurusan tumit (bukan ujung depan sepatu).
Catatan:
a) Untuk menghindarkan keributan pada waktu mengangkat lengan kanan/kiri, hendaknya lengan diluruskan melalui belakang punggung orang yang berada di samping, kalau jarak 1 (satu) lengan tidak cukup. Dengan demikian dihindarkan gerakan seolah-olah meninju rekannya yang berada di smaping.
b) Kelurusan barisan dilihat dari tumit.
d. Setengah lencang kanan/kiri
Aba-aba : Setengah lencang kanan/kiri – GERAK
Pelaksanaannya:
Seperti pada waktu lencang kanan/kiri, tetapi tangan kanan/kiri di pinggang (bertolak pinggang) dengan siku menyentuh lengan orang yang berdiri disebelahnya, pergelangan tangan lurus, ibu jari di sebelah belakang pinggang, empat jari lainnya rapat pada pinggang sebelah depan (khusus saf depan). Pada aba-aba tegak GERAK dengan serentak menurunkan lengan sambil memalingkan muka ke depan dan berdiri dalam sikap sempurna.
e. Lencang depan (hanya dalam bentuk berbanjar)
Aba-aba : Lencang depan – GERAK
Pelaksanaannya:
1) Penjuru tetap sikap sempurna : nomor dua dan seterusnya meluruskan ke depan dengan mengangkat tangan dengan jarak satu lengan ditambah dua kepalan tangan.
2) Saf depan banjar tengah dan kiri mengambil antara satu lengan ke samping kanan, setelah lurus menurunkan tangan dan memalingkan kepala kembali ke depan dengan serentak tanpa menunggu aba-aba.
3) Banjar tengah/kiri tanpa mengangkat tangan
f. Cara berhitung
Aba-aba : Hitung – MULAI
Pelaksanaannya:
1) Jika bersaf, pada aba-aba peringatan penjuru tetap melihat ke depan, saf terdepan memalingkan mukanya ke kanan.
2) Pada aba-aba pelaksanaan, berturut-turut di mulai dari penjuru menyebutkan nomornya sambil memalingkan muka ke depan.
3) Pengucapan nomor secara tegas dan tepat.
4) Jika berbanjar, pada aba-aba peringatan semua anggota tetap dalam sikap sempurna.
5) Pada aba-aba pelaksanaan mulai dari penjuru kanan berturut-turut ke belakang menyebutkan nomornya masing-masing.
6) Jika pasukan berbanjar/bersaf tiga, maka yang berada paling kiri mengucapkan : LENGKAP atau KURANG SATU/KURANG DUA.
1. Perubahan Arah
(dalam keadaan berhenti)
a) Hadap kanan/kiri
Aba-aba : Hadap kanan/kiri – GERAK
1) Kaki kiri/kanan diajukan melintang di depan kaki kanan/kiri lekukan kaki kanan/kiri berada di ujung kaki kanan/kiri, berat badan berpindah ke kaki kiri/kanan.
2) Tumit kaki kanan/kiri dengan badan diputar ke kanan/kiri 90°
3) Kaki kiri/kanan dirapatkan kembali ke kaki kanan/kiri.
b) Hadap serong kanan/kiri
Aba-aba : Hadap serong kanan/kiri – GERAK
Pelaksanaannya:
1) Kaki kiri/kanan diajukan ke muka sejajar dengan kaki kanan/kiri
2) Berputarlah arah 45° ke kanan/kiri
3) Kaki kiri/kanan dirapatkan kembali ke kaki kanan/kiri
c) Balik kanan
Aba-aba : Balik kanan/kiri – GERAK
Pelaksanaannya :
1) Pada aba-aba pelaksanaan kaki kiri diajukan melintang (lebih dalam dari hadap kanan) di depan kaki kanan.
2) Tumit kaki kanan beserta badan diputar ke kanan 180°
3) Kaki kanan/kiri dirapatkan kembali ke kaki kanan/kiri.
Catatan:
• Dalam keadaan berhenti pada hitungan ke tiga, kaki dirapatkan dan kembali ke sikap sempurna
• Dalam keadaan berhenti berjalan pada hitungan ketiga, kaki kanan/kiri tidak dirapatkan melainkan dilangkahkan 0,5 langkah dengan cara dihentikan.
d) Cara berkumpul
Aba-aba : 3 bersaf/ 3 berbanjar kumpul – MULAI
Pelaksanannya :
1) Pelatih menunjuk seorang anggota sebagai penjuru dan orang yang ditunjuk mengulangi perintah yang diberikan oleh pelatih.
Contoh:
Sdr.Gatot sebagai penjuru. Aba-aba pelatih : Gatot sebagai penjuru. Oleh orang yang ditunjuk (dalam sikap sempurna) aba-aba diulangi : Gatot sebagai penjuru.
2) Orang yang ditunjuk tadi lari dan berdiri di depan pelatih ± 4 langkah
3) Setelah aba-aba pelaksanaan MULAI diberikan pelatih, maka orang-orang lainnya berlari dan berdiri disamping kiri penjuru serta meluruskan diri seperti pada waktu lencang kanan.
4) Pada waktu berkumpul, penjuru melihat ke kiri setelah lurus, penjuru memberikan isyarat dengan perkataan LURUS, pada isyarat ini penjuru nelihat ke depan, yang lainnya (saf depan) menurunkan lengannya dan kembali ke sikap sempurna.
e) Cara latihan memberi hormat
Aba-aba : Hormat – GERAK
Pelaksanaannya (dengan tutup kepala, keadaan berhenti)
1) Pada aba-aba pelaksanaan, dengan gerakan cepat tangan kanan diangkat ke arah pelipis kanan, siku-siku 15° serong ke depan, kelima jari rapat dan lurus, telapak tangan serong ke bawah dan kiri ujung, jari tengah dan telunjuk mengenai pinggir bawah dari tutup kepala setinggi pelipis.
2) Pergelangan tangan lurus, bahu tetap seperti dalam sikap sempurna, pandangan mata tertuju kepada yang diberi hormat.
3) Jika tutup kepala mempunyai klep, maka jari tengah mengenai pinggir klep.
4) Jika selesai menghormat, maka lengan kanan lurus diturunkan secara cepat ke sikap sempurna.
Baris Berbaris (Bag.III)

PERATURAN BARIS BARIS (P.B.B)
( Bag. III )
Peraturan Baris Berbaris yang digunakan di lingkungan Pramuka ada dua macam yakni Baris berbaris menggunakan tongkat dan tanpa tongkat. Untuk baris berbaris menggunakan tongkat memiliki tata cara tersendiri di lingkungan Pramuka. Adapun baris berbaris tanpa menggunakan tongkat mengikuti tata cara yang telah diatur dalam Peraturan Baris Berbaris milik TNI/POLRI .
a) Bubar
Aba-aba : Bubar – JALAN
Pelaksanaannya;
Pemberian aba aba tersebut dilaksanakan dalam keadaan sikap sempurna. Setelah melakukan penghormatan kemudian balik kanan dan setelah menghitung dua hitungan dalam hati, lalu bubar.
b) Jalan di tempat
Aba-aba: Jalan ditempat – GERAK
Pelaksaannya:
Gerakan dimulai dengan mengangkat kaki kiri, lutut berganti-ganti diangkat, paha rata-rata, ujung kaki menuju ke bawah, tempo langkah sesuai dengan langkah biasa, badan tegak, pandangan mata tetap ke depan, lengan dirapatkan pada badan (tidak melenggang)
Dari jalan ke tempat berhenti.
Aba-aba : Henti – GERAK
Pelaksanaannya:
Pada aba-aba pelaksanaan dapat dijatuhkan kaki kiri/kanan,pada hitungan ke dua kaki kiri/kanan diharapkan pada kaki kiri/kanan dan kembali ke sikap sempurna.
c) Membuka/menutup barisan.
Aba-aba : Buka barisan – JALAN
Pada aba-aba pelaksanaan regu kanan dan kiri membuat satu langkah ke samping kanan dan kiri, sedang regu tangah tetap di tempat.
Catatan :
Membuka barisan gunanya untuk memudahkan pemeriksaan.
Tutup barisan
Aba-aba :tutup barisan – JALAN
Pelaksanannya :
Pada aba-aba pelaksanaan regu kanan dan kiri membuat satu langkah kembali ke samping kanan dan kiri, sedang regu tengah tetap ditempat.
Gerakan berjalan dengan panjang tempo dan macam langkah
Macam langkah Panjangnya Tempo
1. Langkah biasa 65cm 120 tiap menit
2. Langkah tegap 65cm 120 tiap menit
3. Langkah perlahan 40cm 30 tiap menit
4. Langkah kesamping 40cm 70 tiap menit
5. Langkah ke belakang 40cm 70 tiap menit
6. Langkah ke depan 60cm 70 tiap menit
7. Langkah di waktu lari 80cm 165 tiap menit
A. MAJU – JALAN
Dari sikap sempurna
Aba-aba : Maju – JALAN
Pelaksanaannya:
1) Pada aba-aba pelaksanaan kaki kiri diayunkan ke depan, lutut lurus, telapak kaki diangkat rata sejajar dengan tanah setinggi ± 15 cm, kemudian dihentakkan ke tanah dengan jarak setengah langkah dan selanjutnya berjalan dengan langkah biasa.
2) Langkah pertama dilakukan dengan melenggangkan lengan kanan ke depan 90°, lengan kiri 30° ke belakang, pada langkah selanjutnya lengan atas dan bawah lurus dilenggangkan ke depan 45°, dan ke belakang 30°.
Seluruh anggota meluruskan barisan ke depan dengan melihat pada belakang leher.
Dilarang keras : berbicara-melihat kanan/kiri
Pada waktu melenggangkan tangan supaya jangan kaku.
B. LANGKAH BIASA
1) Pada waktu berjalan, kepala dan badan seperti pada waktu sikap sempurna. Waktu mengayunkan kaki ke depan lutut dibengkokkan sedikit (kaki tidak boleh diseret). Kemudian diletakkan ke tanah menurut jarak yang telah ditentukan.
2) Cara melangkahkan kaki seperti pada waktu berjalan biasa. Pertama tumit diletakkan di tanah selanjutnya lurus ke depan dan ke belakang di samping badan. Ke depan 45°, ke belakang 30°. Jari-jari tangan digenggam, dengan tidak terpaksa, punggung ibu jari menhadap ke atas.
C. LANGKAH TEGAP
1) Dari sikap sempurna
Aba-aba : Langkah tegap – JALAN
Pelaksanaannya :
Mulai berjalan dengan kaki kiri, langkah pertama selebar setengah langkah, selanjutnya seperti jalan biasa (panjang dan tempo) dengan cara kaki dihentakkan terus menerus tetapi tidak dengan berlebih-lebihan, telapak kaki rapat dan sejajar dengan tanah, lutut kaki tidak boleh diangkat tinggi. Bersama dengan langkah pertama lengan dilenggangkan lurus ke depan dan ke belakang di samping badan, (lengan tangan 90° ke depan dari 30° ke belakang). Jari-jari tangan digenggam dengan tidak terpaksa, punggung ibu jari menghadap ke atas.
2) Dari langkah biasa
Aba-aba : Langkah tegap – JALAN
Pelaksanaannya :
Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kiri jatuh di tanah, ditambah satu langkah selanjtnya mulai berjalan seperti tersebut pasa butir 1.
3) Kembali ke langkah biasa
Aba-aba : Langkah biasa – JALAN
Pelaksanaannya :
Aba-aba diberikan pada waktu kaki kiri jatuh di tanah ditambah satu langkah dan mulai berjalan dengan langkah biasa, hanya langkah pertama…….
Catatan :
Dalam lsedang berjalan cukup menggunakan aba-aba peringatan : Langkah tegap/langkah biasa-JALAN, pada tiap-tiap perubahan langkah (tanpa kata maju).
D. LANGKAH PERLAHAN
1) Untuk bergabung (mengantar jenazah dalam upacara kemiliteran)
Aba-aba : Langkah perlahan maju – JALAN
Pelaksanaannya :
a) Gerakan dilakukan dengan sikap sempurna
b) Pada aba-aba “jalan”, kaki kiri dilangkahkan ke depan, setelah kaki kiri menapak di tanah segera disusul dengan kaki kanan ditarik ke depan dan ditahan sebentar di sebelah mata kaki kiri, kemudian dilanjutkan ditatapkan kaki kanan di depan kaki kiri.
c) Gerakan selanjutnya melakukan gerakan-gerakan seperti semula.
Catatan :
• Dalam keadaan sedang berjalan, aba-aba adalah “langkah perlahan JALAN” yang diberikan pada waktu kaki kanan/kiri jatuh di tanah ditambah selangkah dan kemudian mulai berjalan dengan langkah perlahan.
• Tapak kaki pada saat menginjak tanah tidak dihentakkan, tetapi diletakkan rata-rata untuk lebih khidmat.
2) Berhenti dalam langkah perlahan
Aba-aba : Henti – GERAK
Pelaksanaannya :
E. LANGKAH KE SAMPING
Aba-aba : ……..Langkah ke kanan/kiri – JALAN
Pelaksanaannya :
Pada aba-aba pelaksanaan kaki kiri/kanan dilanjutkan ke samping kanan/kiri sepanjang 40 cm. Selanjutnya kaki kiri/kanan dirapatkan pada kaki kiri/kanan.Sikap badan tetap seperti pada sikap sempurna, sebanyak-banyaknya hanya boleh dilakukan empat langkah.
F. LANGKAH KE BELAKANG
Aba-aba : ……..Langkah ke belakang – JALAN
Pelaksanaannya :
Pada aba-aba pelaksanaan, peserta melangkah ke belakang mulai kaki kiri menurut panjangnya langkah dan sesuai dengan tempo yang telah ditentukan, menurut jumlah langkah yang diperintahkan. Lengan tidak boleh dilenggangkan dan sikap badan seperti dalam sikap sempurna. Sebanyka-banyaknya hanya boleh dilakukan empat langkah.
G. LANGKAH KE DEPAN
Aba-aba : …….Langkah ke depan – JALAN
Pelaksanaannya :
Pada aba-aba pelaksanaan, peserta melangkahkan kaki ke depan mulai dengan kaki kiri menurut panjangnya langkah dan tempat yang telah ditentukan, menurut jumlah langkah yang diperintahkan. Gerakan kaki seperti gerakan langkah tegap dan dihentikan dan sikap seperti sikap sempurna. Sebanyak-banyaknya hanya boleh dilakukan empat langkah.
H. LANGKAH DI WAKTU LARI
1) Dari sikap sempurna
Aba-aba : Lari maju – JALAN
Pelaksanaannya:
Aba-bab peringatan ke dua tangan dikepalkan dengan lemas dan diletakkan di pinggang sebelah depan dengan punggung tangan menghadap keluar, ke dua siku sedikit ke belakang, badan agak dicondongkan ke depan. Pada aba-aba pelaksanaan, dimulai lari dengan menghentakkan kaki kiri setengah langkah dan selanjutnya menurut panjang langkah dan tempo yang ditentukan dengan kaki diangkat secukupnya. Telapak kaki diletakkan dengan ujung telapak kaki terlebih dahulu, lengan dilenggangkan secara tidak kaku.
2) Dari langkah biasa
Aba-aba : Lari – JALAN
Pelaksanaannya:
Aba-aba peringatan pelaksanaannya sama dengan ayat 1. Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kiri/kanan jatuh ke tanah kemudian ditambah satu langkah, selanjutnya berlari menurut ketentuan yang ada.
3) Kembali ke langkah biasa
Aba-aba : Langkah biasa – JALAN
Pelaksanaannya :
Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kiri/kanan jatuh ke tanah ditambah tiga langkah, kemudian berjalan dengan langkah biasa, dimuali dengan kaki kiri dihentakkan; bersama dengan itu kedua lengan digenggam.
Catatan :
Untuk berhenti dari keadaan berlari aba-aba seperti langkah biasa henti – GERAK. Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan/kiri jatuh ke tanah ditambah tiga langkah, selanjutnya kaki dirapatkan kemudian kedua kepal tangan diturunkan untuk mengambil sikap sempurna.
I. LANGKAH MERDEKA
1) Dari langkah biasa
Aba-aba : Langkah merdeka – JALAN
Anggota berjalan bebas tanpa terikat pada ketentuan panjang, tempo dan ketentuan langkah. Atas pertimbangan Pimpinan, anggota dapat dijinkan untuk membuat sesuatu yang dalam keadaan lain terlarang (antara lain berbicara, buak topi, menghapus keringat). Langkah merdeka biasanya dilakukan untuk menempuh jalan jauh/diluar kota/lapangan yang tidak rata. Anggota tetap dilarang meninggalkan barisan.
2) Kembai ke langkah biasa
Untuk melaksanakan gerakan ini lebih dahulu harus diberikan ……………….samakn langkah. Setelah langkah barisan sama, Pemimpin dapat memberikan aba-aba peringatan dan pelaksanaan.
3) Aba-aba : Langkah biasa – JALAN
Pelaksanaannya :
Seperti tersebut pada petunjuk dari langkah tegap ke langkah biasa.
J. GANTI LANGKAH
Aba-aba : Ganti langkah – JALAN
Pelaksanaannya :
Gerakan dapat dilakukan pada waktu langkah biasa/tegap. Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan/kiri di tanah kemudian ditambah satu langkah. Sesudah ujung kaki kiri/kanan yang sedang di belakang dirapatkan pada badan. Untuk selanjutnya disesuaikan dengan langkah baru yang disamakan. Kemudian gerakan ini dilakukan dalam satu hitunga

AddThis Social Bookmark Button


KARAKTERISTIK SISWA  

Jumat, 05 Juni 2009

Seandainya saja anda dianggap tidak pernah mengenal tentang proses mendesain instruksi pembelajaran, dan anda mulai mengajar pada pertemuan awal. Anda telah mempersiapkan banyak tugas untuk mengembang unit pertama ini untuk meyakinkan para siswa tentang pentingnya mata pelajaran yang anda ajarkan. Pembelajaran tersebut berisikan tentang materi yang rinci secara statistik dari penelitian terakhir dan keterangan yang kompleks. Saat anda mengajar, sebagian siswa memperhatikan sebagian lagi asyik main teka-teki dan sebagian lainnya mengerjakan sesuatu. Apa yang salah? Mungkin anda tidak mengetahui terlebih dahulu siapa siswa anda. Bagaimana tingkat kesiapan mereka, tingkat motivasinya atau keadaan lainnya yang mempengaruhi kesuksesan dalam belajar.
Salah satu unsur kunci dalam proses mendesain pembelajaran yang telah disebutkan di Bab. I adalah kebutuhan untuk mempertimbangkan siapa siswa yang akan menerima suatu program. Jelasnya, ukuran kesuksesanan perencanaan pembelajaran tergantung pada tingkat pembelajaran yang bisa diselesaikan oleh siswa yang bersangkutan. Setiap orang mempunyai cara belajar yang berbeda dan hal ini berpengaruh pada unsur tertentu dalam penyusunan rencana pembelajaran. Suatu hal yang essensial dalam awal perencanaan, untuk memberikan perhatian pada karakteristik, kemampuan, dan pengalaman dari siswa, baik sebagai kelompok maupun individu.
Informasi Akademik
Kemungkinan hal yang paling mudah diperoleh dan paling sering digunakan sebagai informasi tentang siswa adalah catatan akademik. Catatan ini termasuk :

1. Nilai dan tingkat pelatihan apa yang telah diselesaikan dan mata pelajaran utama yang telah dipelajari.

2. Nilai rata-rata dari pelajaran akademik.

3. Skor tes kemampuan yang standar dalam hal ini intelegensi dan dalam bidang keahlian dasar seperti membaca, menulis dan matematika.

4. Kursus-kursus khusus atau lanjutan yang telah diselesaikan yang berhubungan dengan mata pelajaran utama dari suatu pelatihan.

Jadi, ada hubungan yang dekat antara kumpulan informasi tentang karakteristik siswa dan data yang diperoleh dari tes sebelumnya.

Karakteristik Personal Dan Sosial
Sebagai tambahan dalam informasi akademik, sangat diperlukan untuk mengetahui karakteristik sosial dan pribadi dari siswa dimana program ini direncanakan. Dalam rangka merancang prosedur pembelajaran untuk seseorang, seorang instruktur perlu informasi berikut tentang siswanya, yaitu :

1. Umur dan tingkat kedewasaan .

2. Motivasi dan sikap terhadap pelajaran.

3. Harapan dan aspirasi untuk bekerja (jika tepat/pantas).

4. Pekerjaan sekarang dan sebelum, serta pengalaman kerja (jika ada).

5. Bakat khusus.

6. Ketrampilan yang berhubungan dengan mesin.

Kemampuan bekerja dalam kondisi lingkungan yang bervariasi-suara, diluat ruangan atau outdoor dan lain-lain.

Karakteristik Siswa Yang Non Konvensional
Perbedaan secara sosial dan budaya juga harus diperhatikan karena ini bisa berdampak pada tanggung jawab individu dalam mengerjakan tugas dan kegiatan-kegiatan kreatif lainnya. Sekelompok siswa mungkin saja termasuk anggota-anggota dari kebudayaan etnik dengan latar belakang dan kelakuan yang berbeda. Perhatian khusus juga harus diberikan pada siswa yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda khususnya dalam hal pemilihan materi dalam rangka mendukung tujuan pembelajaran. Untuk membangun kepercayaan diri pada mereka yang berbeda latar belakang budaya dan jenis pendidikan maka perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut :

1. Memberikan insentif berupa pendekatan pribadi, bantuan dana atau kebebasan melanjutkan studi.
2. Melakukan proyek kerjasama, karena banyak siswa-siswa kelompok minoritas butuh bantuan orang lain dan kelompok untuk berkolaborasi.

3. Menerapkan lebih banyak pada topik-topik rasa daripada verbal.

4. Memberikan lebih banyak contoh sebagai ilustrasi.

5. Memberikan lebih banyak waktu belajar dan mengerjakan tugas dari biasanya terutama untuk praktek.

6. Memberikan kesempatan untuk memonitor pencapaian dan keberhasilan dalam belajar.

Pertimbangan-pertimbangan diatas nampaknya sederhana, namun sangat penting bagi pelajar. Apalagi hal ini sangat penting untuk mempersiapkan pengajaran bagi pelajar. Apalagi hal ini sangat penting untuk mempersiapkan pengajaran bagi pelajar yang punya latar belakang budaya yang berbeda dari pengajar.



Para Siswa Dengan Ketidakmampuan
Siswa yang termasuk kategori "tidak mampu" adalah siswa atau individu dengan ketidakmampuan secara fisik dan lainnya seperti ketidakmampuan dalam pendengaran dan kehilangan penglihatan, ketidaksempurnaan pengucapan dan keterbelakangan mental. Setiap siswa yang tidak mampu ini mempunyai keterbatasan yang unik dan membutuhkan perhatian khusus. Sementara ada juga siswa yang cacat yang bisa bergabung dengan kelas reguler dan beberapa lainnya tidak bisa bergabung. Banyak siswa yang tidak mampu ini membutuhkan pelatihan dan perhatian khusus, oleh karena itu sebuah program pembelajaran mungkin membutuhkan modikasi yang ekslusif supaya bisa melayani siswa-siswa tersebut dengan tepat. Seorang spesialis yang mampu bekerja dengan siswa dengan ketidakmampuan ini juga harus merupakan bagian dari rencana pembelajaran ini.



Siswa Dewasa
Siswa dewasa yang dimaksud disini adalah siswa yang kembali ke kampus atau universitas, terlibat dengan program pendidikan siswa dewasa dan berpartisipasi dalam pelatihan-pelatihan atau pelatihan kembali untuk mendapat ilmu/keahlian baru dalam bidang bisnis, industri, kesehatan, pemerintahan dan militer. Berikut adalah beberapa ciri-ciri mereka :

1. Siswa dewasa memasuki sebuah pelatihan atau program dengan tingkat motivasi yang tinggi untuk belajar. Mereka menghargai suatu program yang disusun secara sistematis dengan tujuan-tujuan yang jelas.

2. Siswa dewasa ingin tahu bagaimana pengajaran yang memberi keuntunagn bagi mereka. Mereka menghargai materi yang relevan dan mereka dengan cepat menangkap penggunaan yang praktis dari materi yang mereka dapat.

3. Waktu bagi mereka sangat penting. Mereka menghargai kelas yang mulai dan berakhir tepat waktu.

4. Orang dewasa menghargai instruktur yang berpengalaman dibidangnya dan menyajikan dengan baik. Siswa akan mudah mengenali instruktur yang kurang persiapan.

5. Siswa dewasa membawa pengalaman kerja mereka kekelas. Pengalaman ini seharusnya bisa menjadi sumber utama dengan membantu sesama dengan menghubungkan materi yang sedang dipelajari.

6. Sebagian besar siswa dewasa mandiri sementara sebagian lain tidak percaya diri atau butuh penguatan, mereka cenderung menganggap instruktur sebagai fasilitator untuk memandu dan membantu daripada sebagai pemimpin yang otoritas.

7. Siswa dewasa ingin terlibat dalam membuat keputusan.

8. Siswa dewasa mungkin kurang fleksibel dibanding siswa yang lebih muda. Kebisaan mereka sudah bersifat rutin, mereka tidak ingin dipermalukan. Sebelum mereka menerima sesuatu yang berbeda, mereka ingin paham dulu keuntungan dari hal tersebut.

9. Siswa dewasa suka bekerja dalam kelompok dan bersosialisasi bersama. Kegiatan kelompok kecil dan atmosfir atau keadaan untuk beriteraksi ditentukan pada saat istirahat.

Gaya Belajar
Beberapa pelajar mempunyai metode tertentu dalam belajar yang lebih efektif dan yang lainnya. Beberapa dari mereka bisa belajar lebih baik dari pendekatan rasa dan yang lainnya bisa merasa lebih baik dengan pendekatan fisik dan mengutak atik objek-objek tertentu. Dengan mengetahui keunikan tiap-tiap individu ini bisa membantu rencana pembelajaran yang efektif. Ada dua informasi yang berhubungan dengan gaya belajar ini yaitu kondisi belajar dan gaya belajar kognitif.

Kondisi Belajar
Banyak faktor lingkungan yang bisa mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berkonsentrasi, menyerap dan menangkap informasi. Contohnya generasi muda bisa belajar sambil mendengarkan musik dengan volume yang tinggi dan dekat radio. Mereka merasa nyaman dengan latar suara yang heboh dan mengabaikannya ketika mereka belajar.

Dunn dan Dunn (1978) sudah merancang sebuah daftar gaya belajar bagi siswa usia sekolah dan instrumen yang kedua untuk pelajar dewasa. Pertanyaan-pertanyaan berikut berisikan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh setiap individu (diterima atau ditolak). Hasilnya sebuah analisis tentang kondisi dimana seseorang lebih suka belajar, evaluasi tentang kecenderungan individu meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. Lingkungan fisik langsung, yang berhubungan dengan suara, cahaya, dan tingkat suhu, dan susunan perabotan.

2. Emosional individu yang berhubungan dengan motivasi, tanggung jawab, dan ketetapan dalam menyelesaikan sebuah tugas.

3. Kebutuhan sosiologi individu yang berhubungan dengan mandiri, suka kerja kelompok atau dengan pasangan dan gabungan keduanya (mandiri dan kelompok).

4. Kebutuhan fisik individu yang berhubungan kecenderungan persepsi, kebutuhan mobilitas dan penggunaan waktu sehari-hari.

Berikut ini contoh reaksi/jawaban siswa terhadap pernyataan diatas :

*Saya suka belajar kalau situasinya tenang.

*Saya paling bisa konsentrasi ketika saya merasa tenang.

*Saya sangat suka membentuk sesuatu dengan tangan saya.

*Susah bagi saya untuk duduk disatu tempat untuk waktu yang lama.

*Saya suka belajar dimeja.

*Sesuatu yang paling saya ingat adalah sesuatu yang saya baca.

*Saya dapat menghiraukan suara apapun pada saat belajar.

*Saya suka belajar sendiri.

*Sesuatu yang paling saya ingat adalah sesuatu yang saya dengar.

*Ketika saya mampu, saya akan mengerjakan PR pada sore hari.

Gaya Belajar Kognitif
Ini merupakan sebuah pendekatan untuk mengetahui kecenderungan seseorang dalam belajar. Individu-individu itu dikelompokkan dalam sejumlah skala berdasarkan bagaimana mereka menerima dan memproses informasi. Felder dan Silverman (1988) mengembangkan satu set kategori untuk sebuah analisis :

1. Bagaimana informasi itu diterima dengan baik

*Penglihatan à melalui gambar, diagram, demonstrasi

*Pendengaran à melalui kata-kata dan suara-suara

2. Tipe informasi yang cenderung diterima

*Sensory (external) à melalui penglihatan, suara, sensasi fisik

*Intuitif → melalui pengamatan yang dalam

3. Bagaimana informasi itu disusun

*Induktif → dari fakta-fakta dan observasi ke prinsip

*Deduktif → dari prinsip ke aplikasi dan konsekuensi

4. Bagaimana informasi itu diproses

*Secara aktif → terlibat secara fisik atau diskusi

*Secara reflektif → intropeksi.

5. Bagaimana kemajuan dalam memahami sesuatu

*Secara berurutan ® serentetan langkah yang berurutan

*Secara global/menyeluruh → lompatan besar atau holistik

Setelah mengetahui hal-hal diatas, berikut ini beberapa teknik untuk diterapkan secara umum yang dikemukakan oleh Felder dan Silverman (1988) :

1. Hubungkan informasi yang sedang dipelajari dengan apa yang telah ada sebelumnya dan apa yang akan datang (induktif/global).

2. Sediakan keseimbangan informasi yang konkret yang abstrak (sensori/intuitif).

3. Materi yang menekankan pada metoda penyelesaian masalah (merasakan/aktif) dengan materi yang menekankan pada pemahaman mendasar (intuitif/reflektif).

4. Gunakan gambar, skema dan sketsa sederhana seiring dengan informasi yang bersifat verbal (sensory/aktif).

5. Berikan demonstrasi (merasakan/penglihatan), aktifitas tangan (aktif), dan pelajaran komputer dasar (merasakan/aktif).

6. Gunakan waktu jeda pada presentasi untuk siswa dapat memikirkan tentang hal yang mereka katakan (reflektif).

7. Memberikan latihan yang menyediakan praktek (merasakan/aktif/berurutan).

8. Memberikan permasalahan yang terbuka dan latihan yang meminta analisis dan sintesis (intuitif/reflektif/global)

9. Berikan siswa kesempatan untuk bekerja bersama dan kegiatan grup (aktif).

10. Berikan contoh-contoh yang kongkret tentang bagaimana sebuah teori menggambarkan atau memprediksi kejadian (merasakan/induktif) kemudian mengembangkan teori atau memformulasikan model (intuitif/induktif/berurutan), tunjukkan bagaimana teori dapat disahkan dan menyimpulkan konsekuensisnya (deduktif).

11. Mengenal pemecahan kreatif dari siswa (intuitif/global).



Kesimpulan
Catatan akademik menggambarkan tentang keberadaan dan kualitas sekolah atau pelatihan yang sudah diterima siswa. Petunjuk tentang karakteristik sosial dan personal bisa didapat melalui observasi, interview, dan questioner. Siswa yang non konvensional termasuk ketidakmampuan, perbedaan budaya dan siswa dewasa. Mengetahui gaya belajar masing-masing siswa, perencanaan pembelajaran bisa mengembangkan metode pembelajaran alternatif dan sumber-sumber yang bervariasi.







Daftar Kepustakaan
Kemp. J.E, Morrison, G.R. ,& Ross, S.M. 1994. Designing Effective Instruction. New York: Macmillan College Publishing Company.

KARAKTERISTIK SISWA
Seandainya saja anda dianggap tidak pernah mengenal tentang proses mendesain instruksi pembelajaran, dan anda mulai mengajar pada pertemuan awal. Anda telah mempersiapkan banyak tugas untuk mengembang unit pertama ini untuk meyakinkan para siswa tentang pentingnya mata pelajaran yang anda ajarkan. Pembelajaran tersebut berisikan tentang materi yang rinci secara statistik dari penelitian terakhir dan keterangan yang kompleks. Saat anda mengajar, sebagian siswa memperhatikan sebagian lagi asyik main teka-teki dan sebagian lainnya mengerjakan sesuatu. Apa yang salah? Mungkin anda tidak mengetahui terlebih dahulu siapa siswa anda. Bagaimana tingkat kesiapan mereka, tingkat motivasinya atau keadaan lainnya yang mempengaruhi kesuksesan dalam belajar.

Salah satu unsur kunci dalam proses mendesain pembelajaran yang telah disebutkan di Bab. I adalah kebutuhan untuk mempertimbangkan siapa siswa yang akan menerima suatu program. Jelasnya, ukuran kesuksesanan perencanaan pembelajaran tergantung pada tingkat pembelajaran yang bisa diselesaikan oleh siswa yang bersangkutan. Setiap orang mempunyai cara belajar yang berbeda dan hal ini berpengaruh pada unsur tertentu dalam penyusunan rencana pembelajaran. Suatu hal yang essensial dalam awal perencanaan, untuk memberikan perhatian pada karakteristik, kemampuan, dan pengalaman dari siswa, baik sebagai kelompok maupun individu.



Informasi Akademik
Kemungkinan hal yang paling mudah diperoleh dan paling sering digunakan sebagai informasi tentang siswa adalah catatan akademik. Catatan ini termasuk :

1. Nilai dan tingkat pelatihan apa yang telah diselesaikan dan mata pelajaran utama yang telah dipelajari.

2. Nilai rata-rata dari pelajaran akademik.

3. Skor tes kemampuan yang standar dalam hal ini intelegensi dan dalam bidang keahlian dasar seperti membaca, menulis dan matematika.

4. Kursus-kursus khusus atau lanjutan yang telah diselesaikan yang berhubungan dengan mata pelajaran utama dari suatu pelatihan.

Jadi, ada hubungan yang dekat antara kumpulan informasi tentang karakteristik siswa dan data yang diperoleh dari tes sebelumnya.

Karakteristik Personal Dan Sosial
Sebagai tambahan dalam informasi akademik, sangat diperlukan untuk mengetahui karakteristik sosial dan pribadi dari siswa dimana program ini direncanakan. Dalam rangka merancang prosedur pembelajaran untuk seseorang, seorang instruktur perlu informasi berikut tentang siswanya, yaitu :

1. Umur dan tingkat kedewasaan .

2. Motivasi dan sikap terhadap pelajaran.

3. Harapan dan aspirasi untuk bekerja (jika tepat/pantas).

4. Pekerjaan sekarang dan sebelum, serta pengalaman kerja (jika ada).

5. Bakat khusus.

6. Ketrampilan yang berhubungan dengan mesin.

Kemampuan bekerja dalam kondisi lingkungan yang bervariasi-suara, diluat ruangan atau outdoor dan lain-lain.



Karakteristik Siswa Yang Non Konvensional
Perbedaan secara sosial dan budaya juga harus diperhatikan karena ini bisa berdampak pada tanggung jawab individu dalam mengerjakan tugas dan kegiatan-kegiatan kreatif lainnya. Sekelompok siswa mungkin saja termasuk anggota-anggota dari kebudayaan etnik dengan latar belakang dan kelakuan yang berbeda. Perhatian khusus juga harus diberikan pada siswa yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda khususnya dalam hal pemilihan materi dalam rangka mendukung tujuan pembelajaran. Untuk membangun kepercayaan diri pada mereka yang berbeda latar belakang budaya dan jenis pendidikan maka perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut :

1. Memberikan insentif berupa pendekatan pribadi, bantuan dana atau kebebasan melanjutkan studi.

2. Melakukan proyek kerjasama, karena banyak siswa-siswa kelompok minoritas butuh bantuan orang lain dan kelompok untuk berkolaborasi.

3. Menerapkan lebih banyak pada topik-topik rasa daripada verbal.

4. Memberikan lebih banyak contoh sebagai ilustrasi.

5. Memberikan lebih banyak waktu belajar dan mengerjakan tugas dari biasanya terutama untuk praktek.

6. Memberikan kesempatan untuk memonitor pencapaian dan keberhasilan dalam belajar.

Pertimbangan-pertimbangan diatas nampaknya sederhana, namun sangat penting bagi pelajar. Apalagi hal ini sangat penting untuk mempersiapkan pengajaran bagi pelajar. Apalagi hal ini sangat penting untuk mempersiapkan pengajaran bagi pelajar yang punya latar belakang budaya yang berbeda dari pengajar.



Para Siswa Dengan Ketidakmampuan
Siswa yang termasuk kategori "tidak mampu" adalah siswa atau individu dengan ketidakmampuan secara fisik dan lainnya seperti ketidakmampuan dalam pendengaran dan kehilangan penglihatan, ketidaksempurnaan pengucapan dan keterbelakangan mental. Setiap siswa yang tidak mampu ini mempunyai keterbatasan yang unik dan membutuhkan perhatian khusus. Sementara ada juga siswa yang cacat yang bisa bergabung dengan kelas reguler dan beberapa lainnya tidak bisa bergabung. Banyak siswa yang tidak mampu ini membutuhkan pelatihan dan perhatian khusus, oleh karena itu sebuah program pembelajaran mungkin membutuhkan modikasi yang ekslusif supaya bisa melayani siswa-siswa tersebut dengan tepat. Seorang spesialis yang mampu bekerja dengan siswa dengan ketidakmampuan ini juga harus merupakan bagian dari rencana pembelajaran ini.



Siswa Dewasa
Siswa dewasa yang dimaksud disini adalah siswa yang kembali ke kampus atau universitas, terlibat dengan program pendidikan siswa dewasa dan berpartisipasi dalam pelatihan-pelatihan atau pelatihan kembali untuk mendapat ilmu/keahlian baru dalam bidang bisnis, industri, kesehatan, pemerintahan dan militer. Berikut adalah beberapa ciri-ciri mereka :

1. Siswa dewasa memasuki sebuah pelatihan atau program dengan tingkat motivasi yang tinggi untuk belajar. Mereka menghargai suatu program yang disusun secara sistematis dengan tujuan-tujuan yang jelas.

2. Siswa dewasa ingin tahu bagaimana pengajaran yang memberi keuntunagn bagi mereka. Mereka menghargai materi yang relevan dan mereka dengan cepat menangkap penggunaan yang praktis dari materi yang mereka dapat.

3. Waktu bagi mereka sangat penting. Mereka menghargai kelas yang mulai dan berakhir tepat waktu.

4. Orang dewasa menghargai instruktur yang berpengalaman dibidangnya dan menyajikan dengan baik. Siswa akan mudah mengenali instruktur yang kurang persiapan.

5. Siswa dewasa membawa pengalaman kerja mereka kekelas. Pengalaman ini seharusnya bisa menjadi sumber utama dengan membantu sesama dengan menghubungkan materi yang sedang dipelajari.

6. Sebagian besar siswa dewasa mandiri sementara sebagian lain tidak percaya diri atau butuh penguatan, mereka cenderung menganggap instruktur sebagai fasilitator untuk memandu dan membantu daripada sebagai pemimpin yang otoritas.

7. Siswa dewasa ingin terlibat dalam membuat keputusan.

8. Siswa dewasa mungkin kurang fleksibel dibanding siswa yang lebih muda. Kebisaan mereka sudah bersifat rutin, mereka tidak ingin dipermalukan. Sebelum mereka menerima sesuatu yang berbeda, mereka ingin paham dulu keuntungan dari hal tersebut.

9. Siswa dewasa suka bekerja dalam kelompok dan bersosialisasi bersama. Kegiatan kelompok kecil dan atmosfir atau keadaan untuk beriteraksi ditentukan pada saat istirahat.



Gaya Belajar
Beberapa pelajar mempunyai metode tertentu dalam belajar yang lebih efektif dan yang lainnya. Beberapa dari mereka bisa belajar lebih baik dari pendekatan rasa dan yang lainnya bisa merasa lebih baik dengan pendekatan fisik dan mengutak atik objek-objek tertentu. Dengan mengetahui keunikan tiap-tiap individu ini bisa membantu rencana pembelajaran yang efektif. Ada dua informasi yang berhubungan dengan gaya belajar ini yaitu kondisi belajar dan gaya belajar kognitif.

Kondisi Belajar
Banyak faktor lingkungan yang bisa mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berkonsentrasi, menyerap dan menangkap informasi. Contohnya generasi muda bisa belajar sambil mendengarkan musik dengan volume yang tinggi dan dekat radio. Mereka merasa nyaman dengan latar suara yang heboh dan mengabaikannya ketika mereka belajar.

Dunn dan Dunn (1978) sudah merancang sebuah daftar gaya belajar bagi siswa usia sekolah dan instrumen yang kedua untuk pelajar dewasa. Pertanyaan-pertanyaan berikut berisikan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh setiap individu (diterima atau ditolak). Hasilnya sebuah analisis tentang kondisi dimana seseorang lebih suka belajar, evaluasi tentang kecenderungan individu meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. Lingkungan fisik langsung, yang berhubungan dengan suara, cahaya, dan tingkat suhu, dan susunan perabotan.

2. Emosional individu yang berhubungan dengan motivasi, tanggung jawab, dan ketetapan dalam menyelesaikan sebuah tugas.

3. Kebutuhan sosiologi individu yang berhubungan dengan mandiri, suka kerja kelompok atau dengan pasangan dan gabungan keduanya (mandiri dan kelompok).

4. Kebutuhan fisik individu yang berhubungan kecenderungan persepsi, kebutuhan mobilitas dan penggunaan waktu sehari-hari.

Berikut ini contoh reaksi/jawaban siswa terhadap pernyataan diatas :

*Saya suka belajar kalau situasinya tenang.

*Saya paling bisa konsentrasi ketika saya merasa tenang.

*Saya sangat suka membentuk sesuatu dengan tangan saya.

*Susah bagi saya untuk duduk disatu tempat untuk waktu yang lama.

*Saya suka belajar dimeja.

*Sesuatu yang paling saya ingat adalah sesuatu yang saya baca.

*Saya dapat menghiraukan suara apapun pada saat belajar.

*Saya suka belajar sendiri.

*Sesuatu yang paling saya ingat adalah sesuatu yang saya dengar.

*Ketika saya mampu, saya akan mengerjakan PR pada sore hari.

Gaya Belajar Kognitif
Ini merupakan sebuah pendekatan untuk mengetahui kecenderungan seseorang dalam belajar. Individu-individu itu dikelompokkan dalam sejumlah skala berdasarkan bagaimana mereka menerima dan memproses informasi. Felder dan Silverman (1988) mengembangkan satu set kategori untuk sebuah analisis :

1. Bagaimana informasi itu diterima dengan baik

*Penglihatan à melalui gambar, diagram, demonstrasi

*Pendengaran à melalui kata-kata dan suara-suara

2. Tipe informasi yang cenderung diterima

*Sensory (external) à melalui penglihatan, suara, sensasi fisik

*Intuitif → melalui pengamatan yang dalam

3. Bagaimana informasi itu disusun

*Induktif → dari fakta-fakta dan observasi ke prinsip

*Deduktif → dari prinsip ke aplikasi dan konsekuensi

4. Bagaimana informasi itu diproses

*Secara aktif → terlibat secara fisik atau diskusi

*Secara reflektif → intropeksi.

5. Bagaimana kemajuan dalam memahami sesuatu

*Secara berurutan ® serentetan langkah yang berurutan

*Secara global/menyeluruh → lompatan besar atau holistik

Setelah mengetahui hal-hal diatas, berikut ini beberapa teknik untuk diterapkan secara umum yang dikemukakan oleh Felder dan Silverman (1988) :

1. Hubungkan informasi yang sedang dipelajari dengan apa yang telah ada sebelumnya dan apa yang akan datang (induktif/global).

2. Sediakan keseimbangan informasi yang konkret yang abstrak (sensori/intuitif).

3. Materi yang menekankan pada metoda penyelesaian masalah (merasakan/aktif) dengan materi yang menekankan pada pemahaman mendasar (intuitif/reflektif).

4. Gunakan gambar, skema dan sketsa sederhana seiring dengan informasi yang bersifat verbal (sensory/aktif).

5. Berikan demonstrasi (merasakan/penglihatan), aktifitas tangan (aktif), dan pelajaran komputer dasar (merasakan/aktif).

6. Gunakan waktu jeda pada presentasi untuk siswa dapat memikirkan tentang hal yang mereka katakan (reflektif).

7. Memberikan latihan yang menyediakan praktek (merasakan/aktif/berurutan).

8. Memberikan permasalahan yang terbuka dan latihan yang meminta analisis dan sintesis (intuitif/reflektif/global)

9. Berikan siswa kesempatan untuk bekerja bersama dan kegiatan grup (aktif).

10. Berikan contoh-contoh yang kongkret tentang bagaimana sebuah teori menggambarkan atau memprediksi kejadian (merasakan/induktif) kemudian mengembangkan teori atau memformulasikan model (intuitif/induktif/berurutan), tunjukkan bagaimana teori dapat disahkan dan menyimpulkan konsekuensisnya (deduktif).

11. Mengenal pemecahan kreatif dari siswa (intuitif/global).



Kesimpulan
Catatan akademik menggambarkan tentang keberadaan dan kualitas sekolah atau pelatihan yang sudah diterima siswa. Petunjuk tentang karakteristik sosial dan personal bisa didapat melalui observasi, interview, dan questioner. Siswa yang non konvensional termasuk ketidakmampuan, perbedaan budaya dan siswa dewasa. Mengetahui gaya belajar masing-masing siswa, perencanaan pembelajaran bisa mengembangkan metode pembelajaran alternatif dan sumber-sumber yang bervariasi.







Daftar Kepustakaan
Kemp. J.E, Morrison, G.R. ,& Ross, S.M. 1994. Designing Effective Instruction. New York: Macmillan College Publishing Company.

AddThis Social Bookmark Button


 

Design by Amanda @ Blogger Buster